Semoga Komodo Bukan Komoditas Politik

Masih ingat 'gladiator'? Ia merupakan salah satu film favorit saya. Masih terekam dalam benak saya, ucapan Commodus Patricide, tatkala bermaksud mengurangi pengaruh Senat Romawi, dengan pernyataannya, "Berikan pada rakyat apa yang mereka sukai. Maka mereka akan menyerahkan hatinya padamu".

Haji Sandal Jepit

Bingung? Istilah ini mulai populer ketika musim haji tiba. Kalau anda mendengar pemberitaan koran yang ramai-ramai mewartakan adanya jamaah haji yang gagal berangkat melalui biro perjalaan haji, maka mereka yang gagal inilah yang ditempelkan kepada mereka sebutan 'haji sandal jepit'.

Orang Jawa Punah

Tidak sebagaimana suku-suku lainnya yang ketat mengadministrasikan garis keturunan melalui nama keluarga, farm atau marga kayak suku Batak, Minangkabau, Minahasa, Ambon, Timor, Nias, Dayak dan Toraja, jarang keluarga Jawa yang menadministrasikan dengan baik silsilah keturunannya.

Panitia Qurban (jadi) Korban

Alkisah satu bulan menjelang hajat tahunan ibadah Haji dilakukan, berkumpullah segelintir warga perumahan Mutiara Citra Graha yang kebetulan mau menyibukkan dirinya dalam kegiatan Musholla, hanya untuk membahas pembentukan panitia sekaligus persiapan untuk mengakomordir pelaksanaan warga perumahan yang bersedia untuk berkurban.

Panitia Qurban (jadi) Korban

Alkisah satu bulan menjelang hajat tahunan ibadah Haji dilakukan, berkumpullah segelintir warga perumahan Mutiara Citra Graha yang kebetulan mau menyibukkan dirinya dalam kegiatan Musholla, hanya untuk membahas pembentukan panitia sekaligus persiapan untuk mengakomordir pelaksanaan warga perumahan yang bersedia untuk berkurban.

Rabu, 01 Februari 2012

Menjauhlah Wahai Diklatku Sayang

Empat hari berasa 4 tahun.  Itu hanya terjadi di Ciawi.  Penugasan diklatku kali ini boring banget.  Tidak bermaksud menyalahkan Ciawi, namun diklat kali ini adalah diklat yang pertama di tahun 2012 ini. Bangga sih, apalagi pesertanya cukup 28 orang saja.  Tak ada kelas lain, tak ada pesaing.  Sepi.  Hening.  Pusing.

Materinya cukup bagus.  Very Inspiring.  Tapi dosennya garing.

Dan yang paling mendebarkan ketika saat makan pagi, siang dan malam tiba.  Kebiasaan kampungan tak menyentuh piring sepanjang malam, hancur lebur, musnah diserbu variasi hidangan yang menggoda iman.
Meski belum terbukti secara ilmiah, aku yakin bobotku nambah tiga kilo.  Indikasinya cukup jelas.  Kalo duduk tahiyat akhir saja harus dengan susah payah karena ganjalan daging di pinggang, maka final sudah keyakinan itu.  Tiga kilo !  Tak perlu pansus.  Apalagi Paripurna.

Itulah kenapa aku benci diklat.  Bukan pada ilmunya.  Melainkan pada hidangannya.  Bukan pada masakannya, namun pada lemak yang menempel di dalamnya.  Pada karbohidrat yang merelakan dirinya dijamah tanpa perlawanan.  Juga pada Kolesterol yang sembunyi di balik ketiak dada ayam.

Menjauhlah wahai Diklatku.  Menjauhlah dari setiap penugasanku.  Bila pada akhirnya engkau tetap bersikeras mendekatiku, bawalah semua propertimu mendekatiku. Bawalah semua diktat, makalah dan sumber pengajaranmu.  Aku tunggu di sini.  Di Sidoarjo Larangan Candi.  Agar aku bisa melawan semua serbuan hidanganmu.

Ciawi, 2 Februari 2012 tepat di pergantian hari 00.00.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More