Semoga Komodo Bukan Komoditas Politik

Masih ingat 'gladiator'? Ia merupakan salah satu film favorit saya. Masih terekam dalam benak saya, ucapan Commodus Patricide, tatkala bermaksud mengurangi pengaruh Senat Romawi, dengan pernyataannya, "Berikan pada rakyat apa yang mereka sukai. Maka mereka akan menyerahkan hatinya padamu".

Haji Sandal Jepit

Bingung? Istilah ini mulai populer ketika musim haji tiba. Kalau anda mendengar pemberitaan koran yang ramai-ramai mewartakan adanya jamaah haji yang gagal berangkat melalui biro perjalaan haji, maka mereka yang gagal inilah yang ditempelkan kepada mereka sebutan 'haji sandal jepit'.

Orang Jawa Punah

Tidak sebagaimana suku-suku lainnya yang ketat mengadministrasikan garis keturunan melalui nama keluarga, farm atau marga kayak suku Batak, Minangkabau, Minahasa, Ambon, Timor, Nias, Dayak dan Toraja, jarang keluarga Jawa yang menadministrasikan dengan baik silsilah keturunannya.

Panitia Qurban (jadi) Korban

Alkisah satu bulan menjelang hajat tahunan ibadah Haji dilakukan, berkumpullah segelintir warga perumahan Mutiara Citra Graha yang kebetulan mau menyibukkan dirinya dalam kegiatan Musholla, hanya untuk membahas pembentukan panitia sekaligus persiapan untuk mengakomordir pelaksanaan warga perumahan yang bersedia untuk berkurban.

Panitia Qurban (jadi) Korban

Alkisah satu bulan menjelang hajat tahunan ibadah Haji dilakukan, berkumpullah segelintir warga perumahan Mutiara Citra Graha yang kebetulan mau menyibukkan dirinya dalam kegiatan Musholla, hanya untuk membahas pembentukan panitia sekaligus persiapan untuk mengakomordir pelaksanaan warga perumahan yang bersedia untuk berkurban.

Rabu, 28 Desember 2011

Ada yang Baru di 2012


Tahun 2011 bentar lagi berakhir (insya Alloh). Saya tentu saja tidak akan melakukan evaluasi atas perjalanan hidup, karier dan cita-cita saya sepanjang tahun ini sebagaimana orang lain ataupun perusahaan profit oriented biasa melakukannya bahkan menjadikan ritual ini sebagai bentuk ibadah wajib. Bukan karena saya tidak paham tentang betapa pentingnya tahapan evaluasi ini dalam setiap entitas yang berkeinginan untuk lebih baik di masa berikutnya. Saya sangat paham. Bahkan itu adalah sesuatu yang sering saya rekomendasikan pada 'klien' portable saya. Bukan pula karena saya menganggap remeh tahapan evaluasi ini. Karena saya adalah seorang penganut ilmu manajemen dasar yang sangat fanatik. Konsep POAC , Planning,Organizing, Actuating and Controlling begitu mendarah dagingnya sehingga tak ada alasan bagi saya untuk mengabaikan sama sekali tahapan evaluasi yang include dalam keseluruhan madzhab dasar manajemenku.
Satu-satunya alasan yang menjadi pembenar, dan tentu saja akan menjadi dasar perbaikan di masa depan adalah karena pada akhir 2010 lalu, saya sama sekali tidak membuat target maupun perencanaan untuk 2011. Kehidupan mengalir begitu saja. Tanpa target tanpa tujuan yang jelas. Dampaknya adalah tak satupun yang luar biasa dalam setiap hari yang kulewatkan sepanjang tahun itu. Mirip tahun sebelumnya, atau bahkan dapat dikatakan lebih jelek dari sisi produktifitas karya kreatif. Memang sih tahun ini kulalui dengan satu predikat buatan manusia Yunani kuno dulu yang membuat istilahan yang tidak berkorelasi dengan prestasi di dunia nyata, yaitu cum laude, yang pada akhirnya malah tampak sebagai beban, daripada sebagai modal untuk berkompetisi.
Tahun 2012 tentu saja harus berubah. Ada target kehidupan dan keukhrowian yang harus segera didefinitifkan. Istilah legislatifnya harus segera di dok. Agar per 1 januari 2012 dapat segera dieksekusi.
Selamat datang 2012!
Aku siap bergumul denganmu!

Rabu, 30 November 2011

Belajar Search Engine Optimation

Sudah 17 hari sejak posting yang sengaja dibuat untuk diikutkan kontes SEO dengan keywords 'Disabilitas dan Pandangan Masyarakat' namun jangankan bertengger di 10 halaman awal, sampai urutan ke 3000 pun tidak. Sekedar info saja, free serp pagerank checker SEO hanya menampilkan sampai 3000 situs. Di luar itu, berarti postingan saya ada pada level antah berantah. Nasib..., nasib.
Tentu saja saya bisa menghibur diri. Ini kan kontes SEO pertama yang saya ikuti. Jujur sebelumnya saya tidak begitu minat untuk melakukan oprek sana sini untuk menarik perhatian google. Kalau postingan tidak begitu banyak pengunjung itu sudah pasti karena kualitas penulisan maupun tema yang saya bidik tidak terlalu menarik buat sebagian besar kalangan. Namun ketika saya mencoba mengintip tulisan sejenis di halaman orang, rasa-rasanya ada yang aneh. Untuk tulisan yang menurut saya sekedarnya saja, namun mengundang banyak orang untuk meliriknya. Dan herannya lagi langsung nongol menyodok 10 besar google.
Pikiran mulai terbuka. Searching mengenai SEO. Dan memang ada kelalaian yang sengaja saya pelihara. Membuat konten bagus adalah keharusan. Namun konten yang bagus bila berada di rimba belantara tentu kurang bermanfaat. Bila saya dan juga anda yang memang sedari awal ingin share tentang manfaat suatu tulisan, maka buatlah peta, kalau bisa dihotmix sekalian jalan untuk menuju alamat kita. Dan itu adalah SEO.
Selamat kepada kontestan yang setia di 50 besar!

Minggu, 13 November 2011

Disabilitas dan Pandangan Masyarakat








DISABILITAS DAN PANDANGAN MASYARAKAT

Tersebutlah suatu pemerintahan di negeri dongeng yang wilayahnya masih tercakup dalam area yang kita kenal dengan ASEAN sekarang ini yang berhasil mencuri perhatian dunia. Meski tidak berbatasan langsung dengan Indonesia, namun apa yang dilakukan oleh birokrasi negara itu layak untuk dicermati. Betapa tidak, negeri yang menyebut dirinya dengan Indo Raya, berbanding terbalik dengan Indonesia dan negara-negara di semenanjung melayu bahkan dunia. Dapat dikatakan negeri ini miskin sumber daya alam. Tak satupun hasil alam yang dapat digali dan diolah di sana, hatta produk pertanian sekalipun. Satu-satunya sektor yang memberikan penghidupan bagi warganya hanyalah sektor jasa.

Kalau hanya mengandalkan sektor jasa sebagai penggerak perekonomian, rasanya Singapura cukup menjadi contoh nyata tentang bagaimana birokrasi negara itu mampu mengefisienkan layanannya dan menjadi lokomotif yang membawa warganya menjadi leader di sektor jasa untuk kawasan ASEAN. Menjadi sangat istimewa karena hampir seluruh warga negara Indo Raya memiliki keterbatasan fisik yang menurut definisi PBB dan negara-negara didunia (termasuk Indonesia) masuk dalam kategori penyandang cacat atau disabilitas.

Hasil sensus yang mereka lakukan mencatat data kependudukan pada 2010 lalu sebesar 92,75% warga negara Indo Raya masuk dalam kategori normal, dan sisanya masuk dalam klasifikasi tak normal. Namun jangan salah, kategori normal yang mereka gunakan, berbeda dengan kategori normal menurut Indonesia bahkan definisi PBB sekalipun.

Perserikatan Bangsa-bangsa dan Negara-negara adikuasa lainnya menggunakan istilah “disability” untuk menunjukkan kondisi kecacatan yang dimiliki warga negaranya. Bahkan hal ini terlihat dari penggunaan judul regulasi mereka se
misal: Disability Discrimination Act (undang-undang Kerajaan Inggris, 1995); Americans with Disabilities Act (undang-undang Amerika Serikat, 1999); Convention on the Rights of Persons with Disabilities (konvensi PBB, 2006).

Jauh sebelumnya pada tahun 1980 dalam the International Classification of Impairment, Disability and Handicap, WHO, sebuah badan PBB untuk kesehatan dunia telah mendefinisikan kecacatan ini dalam tiga kriteria utama, yaitu impairment, disability, dan handicap.

"Impairment didefinisikan sebagai kondisi psikologis, fisiologis , struktur anatomi atau fungsi yang tidak normal (Any loss or abnormality of psychological, physiological, or anatomical structure or function).

Disability adalah setiap keterbatasan kemampuan yang disebabkan 'impairment' untuk melakukan aktivitas dengan cara yang lazimnya dilakukan manusia yang normal (Any restriction or lack (resulting from an impairment) of ability to perform an activity in the manner or within the range considered normal for a human being).

Handicap merupakan suatu kerugian bagi individu akibat dari suatu impairment atau disability, yang membatasi pelaksanaan suatu peran yang normal, tergantung pada usia, jenis kelamin, faktor-faktor sosial atau budaya (A disadvantage, for a given individual, resulting from an impairment or disability, that limits or prevents the fulfillment of a role that is normal, depending on age, sex, social and cultural factors)."
Bagi Indo Raya, semua definisi cacat tersebut tak berlaku. Meski secara kasat mata ketiga definisi tersebut terdapat dalam diri kebanyakan warganya. Berikut wawancara eksklusif Julianto Supangat dengan Menteri Pemuliaan Martabat Manusia Indo Raya, Anom Ngatidjo:

Apa Motivasi Anda Menolak Definisi Disabilitas PBB?
Sebelum melangkah jauh, perlu saya luruskan, bahwa Indo Raya tak pernah menolak kesepakatan internasional. Tak ada sedikitpun terbersit di hati kami untuk mencari sensasi murahan seperti itu. Yang sebenarnya terjadi adalah kami kesulitan untuk menerapkan definisi tersebut pada kami. Kalau kita cermat, dari ketiga aspek kriteria cacat dunia internasional, mungkin hanya aspek Impairment yang berlaku bagi kami. Itupun hanya sub aspek struktur anatomi saja. Kami sehat secara fisik, juga rohani. Benar anda bilang kami buta, tapi kami masih bisa melihat. Benar kami buntung, tapi masih gesit berjalan. Pendek kata aktivitas apapun yang di negara anda lazimnya hanya bisa dilakukan oleh orang normal, bagi kami bukan sesuatu yang istimewa.
Bagaimana dengan Disabilitas?
Negara Anda dan juga seantero dunia telah salah kaprah memahami masalah ini. Kami tidak menyalahkan Anda. Mungkin tradisi, budaya dan bahkan regulasi negara anda memang menggiring orang untuk memiliki pandangan sempit tentang disabilitas. Ketika di negara anda masih terjadi perdebatan sengit tentang penggunaan istilah 'penyandang cacat' dalam dokumen resmi regulasi negara seperti UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dan UU Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, kami bisa memahami. Bagaimana pun juga istilah penyandang cacat dalam regulasi anda lebih berkonotasi pada atribut-atribut yang negatif dan cenderung membentuk opini publik bahwa orang-orang dengan kecacatan ini malang, patut dikasihani, tidak terhormat, tidak bermartabat.
Bagaimana anda bisa menyimpulkan hal itu?
Maaf kalau pernyataan tersebut mengganggu anda. Rujukan utama saya hanyalah kamus besar yang menjadi kebanggaan bangsa anda yang ditulis oleh Sdr.WJS. Purwadarminta. Beliau memberikan beberapa arti untuk kata “cacat” yang mencakup: (1) kekurangan yang menyebabkan mutunya kurang baik atau kurang sempurna (yang terdapat pada badan, benda, batin atau ahlak); (2) lecet (kerusakan, noda) yang menyebabkan keadaannya menjadi kurang baik (kurang sempurna); (3) cela atau aib; (4) tidak/kurang sempurna. Tentu tidak bijak kalau kemudian saya menyimpulkan sesuatu hanya berdasarkan kamus besar yang notabene hanyalah unsur statis. Bila anda ketik keyword macam 'definisi penyandang cacat', Google akan menyediakan 209.000 tautan gratis untuk anda. Tinggal pilih mana yang anda suka.
Bagaimana perlakuan negara bagi para penyandang cacat di negara anda?
Pertanyaan anda tidak tepat. Ingat, di negara kami, mayoritas adalah para penyandang cacat menurut definisi anda. Oleh karena terdapat banyak orang dengan kategori seperti itu, maka kami menganggap diri kami normal. Sebagai orang normal, kami menduduki posisi-posisi strategis baik di entitas publik maupun private. Adapun orang-orang normal menurut definisi PBB adalah hal yang tak lazim. Dapat dikatakan mereka adalah unsur minoritas. Sehingga lebih tepat kiranya bila pertanyaan itu diubah menjadi: 'Bagaimana kami memperlakukan warga negara kami yang tak lazim'.
Anda menggunakan istilah warga negara tak lazim. Bukankah itu suatu bentuk eksklusifitas mayoritas terhadap minoritas?
Sebenarnya penggunaan istilah itu merupakan opsi terakhir. Tak terbersit pun niat dalam hati kami untuk membedakan satu pun warga negara kami. Tak ada sedikitpun pikiran untuk melukai ataupun merasa lebih unggul dibanding mereka yang tak lazim. Istilah itu hanya untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan yang sama dengan kami dalam bidang apapun. Hanya cara mereka menunjukkan kualitasnya berbeda. Misalnya, programmer kami terbiasa menuliskan source programming mereka dengan speech screen reader (software pembaca layer bersuara). Maka pengadaan komputer dengan aplikasi ini menjadi hal yang biasa. Justru kami harus melengkapinya dengan komputer yang berbeda yang kami peruntukkan khusus bagi mereka yang tak lazim.
Begitu pula dengan fasilitas umum lainnya. Anda bisa lihat bandara kami. Semuanya dilengkapi dengan lift dan toilet yang biasa kami gunakan. Sehingga bila warga negara anda yang buta berkunjung ke sini tak akan kesulitan untuk menyalurkan hajatnya. Begitu pula moda transportasi umum berikut sistem lalu lintasnya, menjamin bahwa orang-orang normal seperti saya bisa selamat sampai di seberang jalan. Undang-undang Kesejahteraan Sosial Warga Tak Lazim yang barusan kami perbaharui, justru mengharuskan kami untuk melengkapi semua fasilitas publik yang khusus diperuntukkan bagi warga negara tak lazim. Sehingga anda bisa nyaman melakukan aktivitas jurnalistik di sini.
(Penjelasan Menteri Anom Ngatidjo serasa menohok jantung saya. Betapa sering dalam situasi lalu lintas yang padat, berdiri seorang buta yang berdiri lama dipinggir jalan, menunggu sampai ada seseorang yang berbaik hati menyeberangkan dirinya).

Adakah diskriminasi terhadap warga minoritas Pak Menteri?
Secara individual mungkin ada. Tapi kami telah memberlakukan sistem yang ketat bahwa semua warga negara tanpa terkecuali berhak untuk mendapatkan layanan yang sama. Di depan hukum tak ada keistimewaan mayoritas atas minoritas. Begitu pun di lapangan ekonomi, politik maupun kebudayaan. Semua warga dapat menyalurkan minat dan bakatnya tanpa ada tekanan.
Tetapi bukankah posisi penting baik di institusi publik, swasta, pengusaha, politikus, seniman dan budayawan didominasi orang-orang seperti anda?
Ha..ha..ha... Anda terjebak pada kesimpulan pragmatis. Kalau 95% pasien di rumah sakit Sidoarjo adalah orang jawa, apakah kita dapat menyimpulkan bahwa orang jawa sakit-sakitan? Tentu tidak bukan. Mayoritas pasien di RSUD Sidoarjo adalah orang Jawa, tentu saja hal itu disebabkan karena mayoritas penduduk Sidoarjo adalah orang Jawa. Begitu pula dengan kami. Tetapi yang perlu anda garis bawahi adalah orang-orang normal macam kami pada umumnya dikaruniai dengan etos kerja, kemauan dan tekad untuk bisa berprestasi . Tidak kalah dengan orang-orang seperti anda. Kami belajar banyak dari kisah menangnya Siput balapan lari dengan Kancil.
Bagaimana Indo Raya dapat membangun budaya masyarakat, bahwa struktur anatomi yang tidak normal bukan penghambat dalam aktivitas, apapun pilihan karir kita?
Tentu saja capaian ini bukan hasil kerja pemerintah belaka. Kami hanya fasilitator saja. Masyarakat baik secara individual maupun kolektif merupakan pengungkit budaya ini. Anda mungkin akan terheran-heran, bahwa kebanyakan situs yang kami miliki, baik personal blog, komersial maupun sosial, semuanya dikelola oleh warga kami yang memiliki anatomi tidak normal. Salah satu situs, bahkan gencar memotivasi mereka yang mengalami keterbatasan ini untuk memiliki attitude positif, semangat yang menggelora untuk berprestasi. Semangat untuk memberi dan menyebarluaskan kemanfaatan pada sesama. Ada baiknya anda membuat aktivitas jurnalistik secara khusus dengan mereka, mengingat para pengelolanya adalah tuna netra. Satu hal yang tidak akan pernah anda bayangkan sebelumnya bila melihat tampilan situs mereka yang profesional dan konten-kontennya berkarakter dialogis.

(Tertarik dengan penjelasan ini, malamnya saya langsung browsing. Kartunet.com nama situsnya. Bukan situs kartun. Namun singkatan dari Karya Tuna Netra. Mereka berdedikasi untuk meleverage berbagai pengetahuan seperti ketrampilan menulis, mengkomposisi musik digital, toko online secara mandiri melalui distribusi e-book dan tutorial online).
Terakhir, dapatkah bapak tunjukkan orang-orang normal yang luar biasa di Indo Raya, dimana saya bisa mendapatkan pelajaran berharga tentang kemauan dan kerja keras?
Tak ada yang luar biasa dari kami. Ingatlah sekali lagi, kami mayoritas di sini. Dan bagi kaum mayoritas, tak ada yang luar biasa atas semua pencapaian ini. Namun begitu saya bisa rekomendasikan beberapa orang dengan keterbatasan yang dimiliki menurut persepsi anda yang berasal dari negara anda sendiri. Sapto Yuli Ismiarti, misalnya. Anda bisa belajar banyak tentang ketekunan, kesetiakawanan dan kerja keras. Juga dari seorang Irma Suryati, anda akan mendapatkan pembelajaran bahwa seburam-buram harapan, selalu ada celah yang bisa membawa berkah dan peluang di masa depan. Begitu pula dengan Idham Khalik, Sidik, dan masih banyak lagi lainnya.
Kali ini saya terhenyak. Tak perlu pergi jauh untuk mendapatkan pelajaran kehidupan. Ibu Pertiwi telah menyediakan putra-putra terbaik bangsa. Meskipun hidup dengan keterbatasan fisik namun pantang meminta apalagi mengambil yang bukan haknya. Dengan cara apapun, atau atas nama apapun. Bagaimana dengan kita?

*Ilustrasi gambar dari http://matanews.com

Minggu, 06 November 2011

Sulitnya Merencanakan Keuangan Untuk Diri Sendiri


Iseng mengetik keywords 'Untung Julianto Hadi' akhirnya malah nemu artikel yang pernah saya buat dalam milis perencana keuangan Jum'at 21 April 2004. Rekomendasi yang saya tulis terkait dengan kasus fiktif yang memang ditujukan untuk mengasah sensibilitas saya selaku perencana keuangan.

Kesimpulannya adalah : Tak sulit membuat perencanaan untuk orang lain. Tapi sungguh berat untuk berdisiplin atas rencana yang kita buat untuk diri kita sendiri. Mudah-mudahan saja tidak kena pasal 'Kaburo Maqtan Ngindallohi....'.

Selengkapnya sebagai berikut:

Kasus:
Nuno adalah seorang karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan periklanan. Ia telah bekerja di perusahaan tersebut selama 3 tahun dengan posisi sebagai Asisten Manajer. Nuno baru saja menikah kurang lebih 4 bulan yang lalu. Waktu kerja Nuno mulai Senin sampai Jumat, dari pukul 08.00 sampai kurang lebih 17.00. Namun demikan, Nuno lebih sering pulang larut malam, karena pekerjaannya menuntut deadline yang sangat ketat. Hari Sabtu, biasanya digunakan Nuno untuk bermain tenis, sementara hari Minggu digunakan Nuno untuk beristirahat. Istri Nuno (Andin), bekerja di sebuah kantor pengacara sebagai staf humas. Waktu dan jam kerjanya sama dengan Nuno, namun Andin jarang bekerja hingga larut malam.

Sehari-hari, mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan di daerah Jakarta Barat. Namun demikian Nuno dan Andin berencana untuk memiliki rumah sendiri dengan cara KPR dalam jangka waktu 2 tahun ke depan. Saat ini, mereka belum berencana untuk memiliki momongan. Nuno memiliki kegemaran surfing di dunia maya. Nuno gemar mengunjungi situs-situs yang berkaitan dengan dunia periklanan dan hiburan. Sementara Andin, lebih gemar memasak dan mencoba resep-resep baru di rumah.

Dengan penghasilan masing-masing 6 juta dan 4 juta per bulan, Nuno dan Andin memakai sebagian besar uangnya untuk kebutuhan rumah tangga, membayar cicilan kredit mobil dan menabung. Nuno mendapatkan bonus tahunan sebesar 2 kali gaji, sementara Andin sebesar 1 kali gaji. Sampai saat ini tabungannya Nuno yang terkumpul adalah sebesar 25 juta sementara tabungan milik Andin hanya 10 juta. Sehari-hari Nuno memakai mobil Kijang yang masih harus ia lunasi cicilannya hingga setahun ke depan.

Masalah :
  • Dengan kondisi keuangan Nuno saat ini, apakah tepat keinginan Nuno untuk mulai berinvestasi?
  • Bagaimana sebaiknya Nuno memulai investasinya? Langsung kontak ke perusahaan-perusahaan jasa investasi atau sebaiknya melakukan riset sederhana terlebih dahulu?
  • Langkah-langkah apa lagi yang sebaiknya diambil Nuno sebelum memulai investasinya?
Rekomendasi saya:

Tepatkah Nuno untuk berinvestasi?

Bisa ya bisa pula tidak. Anda (ijinkan saya mengganti ?Nuno? dengan memakai phrase ?Anda? semata-mata untuk menghidupkan perasaan dan pikiran saya bahwa anda sedang berbincang bersama saya) mempunyai dua pilihan. Ya , kalau anda saat ini sudah merasa begitu mapan dengan penghasilan yang didapat. Enam juta per bulan dan bonus 2 x gaji setahun. Sekilas pendapatan anda lebih dari cukup untuk dua orang yang telah mengikatkan diri untuk hidup bersama. Tanpa anak dan juga rumah.

Anda tidak menyebutkan usia, namun tiga tahun bekerja dengan tekanan , kreatifitas yang terjaga dengan surfing dan olahraga juga status pengantin baru yang anda sandang, layak kalau saya menduga anda sekitar 25 ?tahunan. Umur yang begitu produktif! Oleh karena itu pertanyaan saya cuma satu.
Dengan bakat kerja keras dan hobby yang begitu mendukung, layakkah anda dengan posisi asisten manager seperti sekarang? Kalau jawabannya adalah Ya, tidak sulit bagi anda untuk menginvestasikan dana yang ada sekarang untuk tujuan keuangan jangka pendek anda. (rumah dan perabotnya mungkin juga dengan persiapan buat si kecil yang tertunda). Dengan duduk di depan layar anda sudah mendapatkan info yang memadai tentang investasi yang menguntungkan. Satu yang anda harus ingat saat memutuskan menjadi investor pasif adalah: boleh jadi anda akanmendapatkan keuntungan yang lebih besar dari bunga deposito yang paling tinggi(ataupun instrumen investasi lain yang paling tinggi), namun selamanya anda akan menjadi karyawan.

Dengan semangat hidup dan disiplin yang tinggi (terlihat dari kerja harian anda dan jadwal yang begitu rapi untuk surfing dan olah raga) anda seharusnya mempunyai nilai lebih untuk sekedar menjadi karyawan saja. Ingat, dua hal yang saya sebut belakangan, tidak semua orang memilikinya. Tanpa bermaksud untuk mempengaruhi anda dalam investasi, sekiranya anda berpendapat bahwa imbalan yang diterima tidak sebanding dengan tenaga, waktu dan pikiran yang anda berikan pada perusahaan, maka inilah saat yang tepat untuk berinvesatasi dalam bentuk lain. Jadilah investor aktif! Orang menyebutnya wirausaha. Jangan begitu risau dengan dana yang hanya 25 juta-an. Bahkan bila saat inipun anda tidak mempunyai sepeser uang pun! Anda masih memiliki modal yang begitu besar. Karena modal yang sesungguhnya anda punya sebenarnya telah anda lakukan tiga tahun yang silam. Jawablah dengan keyakinan tinggi dan teriaklah dengan kuat, ?Yaa?!!!? atas setiap pertanyaan saya berikut ini:

Anda asisten manager bukan? Anda selalu bekerja dalam tekanan bukan? Anda selalu mengikuti perkembangan iklan bukan? Anda telah menguasai proses produksi iklan bukan? Sebagai asisten manager anda telah begitu banyak mengenal orang-orang iklan bukan?? Dan yang terakhir,?Anda masih muda bukan??

Dunia periklanan bukan industri yang cukup kuat akan goncangan ekonomi. Ia adalah industri pelengkap yang akan hidup bila industri lain yang membutuhkannya masih hidup. Krisis Ekonomi beberapa waktu yang lalu telah membuktikan, banyak perusahaan periklanan yang terpaksa menutup kantor cabangnya dikota lain dan mengurangi jumlah pegawainya karena makin sedikitnya permintaan promosi dari perusahaan lain.

Peristiwa ini sesungguhnya menyadarkan anda bahwa tidak ada jaminan anda akan bekerja selamanya
di sana. Ataupun jika anda sudah keluar , juga tidak ada yang menjamin bahwa mantan perusahaan iklan anda masih ada. Jadi?

Anda bisa mempersiapkan diri untuk ancang-ancang keluar. Alternatif usaha yang dapat anda lakukan sebaiknya tidak terlalu jauh dari dunia periklanan sendiri. Anda tidak perlu membuka bengkel motor atau toko kelontong. Itu bukan habitat anda. Tiga tahun bukan waktu yang pendek untuk bisa memahami seluk beluk periklanan. Sebagai langkah awal jangan sekali-kali merebut konsumen bekas perusahaan anda. Keluarlah dari sana baik-baik dan jaga hubungan, syukur bisa mendapatkan sub order dari bekas perusahaan anda. Di tahun-tahun awal boleh jadi anda hanya akan menerima order dari perusahaan iklan, belum bisa langsung berhubungan dengan perusahaan pengguna iklan. Selain biaya untuk mendirikan perusahaan cukup tinggi, perusahaan baru biasanya tidak diminati karena image belum berpengalaman masih dilekatkan pada perusahaan baru. Berusahalah selalu menjaga mutu dan jadikan diri anda dikenal sebagai pribadi yang amanah dan profesional. Untuk 3 sampai 6 bulan ke depan sebelum anda keluar buatlah list perusahaan periklanan yang anda kenal, datangi dan tawarkan pada mereka barangkali berkenan menggunakan tenaga anda (bukan sebagai karyawan tentunya). Dengan berjalannya waktu anda pasti mempunyai relasi langsung dari perusahaan pengguna iklan. Dapatkan order dari mereka, meski dalam hal ini anda masih harus meminjam nama perusahaan periklanan yang sudah ada.

Lalu bagaimana dengan tujuan keuangan jangka pendek saya? Begitu mungkin pertanyaan anda.

Tentu saja pola pikir itu harus diubah begitu anda mengatakan jalan hidup yang tepat buat saya adalah menjadi pemimpin pada perusahaan milik sendiri. Berpikirlah jangka panjang, karena pada akhirnya tujuan jangka pendek akan tercapai oleh aktifitas jangka panjang. Ribuan orang termasuk anda telah membuktikannya.

Belajar di SD adalah sebuah aktifitas jangka panjang. Kalau kita intens dan konsisten untuk belajar yang sebenarnya itu merupakan rangkaian aktifitas jangka panjang maka tak perlu mengherankan dan tak perlu dicemaskan kalau dalam jangka pendek kita bisa naik kelas. Membeli rumah kalau boleh saya ibaratkan adalah sama dengan kenaikan kelas kita saat di SD dulu.

Meski demikian, keputusan untuk memiliki karier sendiri harus didiskusikan terlebih dulu dengan isteri anda. Ingat, dalam berusaha tidak ada kepastian pendapatan sebagaimana saat anda menjadi karyawan. Isteri harus dipahamkan tentang resiko-resiko yang mungkin terjadi termasuk diantaranya yang paling jelek adalah kemungkinan penghasilan isteri dipakai untuk hidup anda berdua.
Keinginan anda berdua untuk menunda kelahiran si kecil pada saat ini anggaplah sebagai peluang positif dalam mengurangi resiko ekonomi usaha anda. Anda tentu tidak rela bukan sikecil lahir pada saat usaha anda belum mapan? Kalau memang benar begitu tentu tidak ada alasan untuk menunda investasi.

Sabtu, 05 November 2011

Panitia Qurban (jadi) Korban


Alkisah satu bulan menjelang hajat tahunan ibadah Haji dilakukan, berkumpullah segelintir warga perumahan Mutiara Citra Graha yang kebetulan mau menyibukkan dirinya dalam kegiatan Musholla, hanya untuk membahas pembentukan panitia sekaligus persiapan untuk mengakomordir pelaksanaan warga perumahan yang bersedia untuk berkurban.

Tak bertele-tele, penunjukkan penanggungjawab didasarkan pada data historis. Artinya, orang yang dari tahun ke tahun kebagian ngurus pelaksanaan sholat, mulai dari cari penceramahnya, persiapan lapangan yang hendak digunakan, hingga penyiapan alat, maka untuk tahun ini juga ditetapkan menjadi penanggung jawab kegiatan yang sama. Begitu pula orang yang sejak dulu bertugas membeli hewan kurban, langsung ditetapkan menempati pos yang sama.

"Sudah pengalaman!", kata warga serempak.
"Serahkan pada ahlinya..!, yang lain tak kalah menimpali.
"Kita memang tak boleh ambil resiko dengan menaruh orang yang sama sekali tak mengerti dengan tugas-tugas mulia seperti ini", kata ketua takmir menengahi.

Jadilah panitia pelaksana kurban, dari tahun ke tahun tak pernah berubah. Inilah kalau panitia tak digaji. Semua orang berebut untuk..., menghindar! Beda sekali bila yang diperebutkan adalah jabatan dengan gaji tinggi dan segenap fasilitas yang menempel padanya. Tak kan ada alasan 'sudah pengalaman, sudah ahli, atau hanya sekedar meminimalisir resiko'.

Rapat pertama dan terakhir ini langsung ambil keputusan. Harga kambing per ekor termasuk biaya administrasi Rp1.025.000,- Sedangkan 1/7 bagian sapi Rp1.200.000,- sudah termasuk biaya administrasi. Untuk pertama kalinya, harga kurban baik kambing maupun sapi, menurun dari tahun sebelumnya. Tahun lalu, kambing dihargai Rp1.200.000,- termasuk ongkos, sedang sapi Rp1.250.000,-. Luar biasa panitia kita. Di saat harga-harga melonjak naik, tarif berkurban malah diturunkan. Untuk memastikan penyembelihan hewan kurban terselenggara, rapat sekaligus menodong yang hadir untuk sukarela berkurban sapi. Jadilah malam itu satu sapi, urunan dari panitia yang hadir, berhasil dipastikan jadi kurban.

Tak pakai lama, surat edaran pemberitahuan dan himbauan untuk berkurban segera didistribusikan. Respon warga adem-ayem. Panitia pun nyaman. Idhul Adha tahun 2011 kali ini jatuh pada hari Ahad, 6 November 2011. Panitia telah merencanakan untuk membuat terpal pelindung hewan pada Jumat dua hari sebelum Idhul Adha.

Kamis sore datanglah satu warga menggiring satu kambing. Pak Yono salah satu takmir yang ketiban sampur tak dapat menolak kambing warga. Selepas sholat maghrib, tak seperti biasanya, ia mencegat langkah saya.

"Pak, ada kambing di rumah saya. Penginapannya di mana ya?" tanyanya penuh harap. Saya mengerti benar. Ada nada keberatan dalam pertanyaannya itu. Dan saya sebagai ketua takmir memang paling pantas sebagai tempat jujugan, meski dalam kepanitiaan kurban, saya hanya cheerleader saja.

Memang sih terpikir untuk dititipkan satpam perumahan. Tapi itu diluar kesepakatan dari yang seharusnya hari Jum'at. Lagian saat itu rintik dah mulai turun. Kasihan kambingnya. Tak ada tempat untuk berteduh. Beda dengan sapi, kambing memiliki daya tahan tubuh yang jauh lebih lemah. Kehujanan sepanjang malam, bisa membuatnya flu,batuk dan pilek. Padahal masih tiga hari lagi. Kalo mati? Siapa yang harus mengganti? Ini masalah besar! Dan harus segera diputuskan!

Usai sholat Isya, kami menunggu satu takmir lagi. Saya pikir kalo tiga orang yang memutuskan lebih kuat di depan hukum daripada dua orang yang kebingungan. Akhirnya keputusan pun diambil. Kambing ditaruh di musholla. Persis di tempat wudhu wanita, yang selama ini jarang digunakan. Marbot pun bersedia untuk membersihkan selepas kambing dipindah ke tempat yang seharusnya. Satu persoalan tuntas sudah! Meski sepanjang malam, hati saya dag dig dug. Kalo hilang siapa yang harus ganti?

Kandang kambing sudah dibuat. Kebanyakan warga menggiring kambingnya sendiri. Sikap ini mendapat dukungan penuh panitia. Tak perlu keliling cari kambing. Meski begitu ada dua warga yang menitip uang ke panitia. Jadilah Sabtu itu kita gunakan untuk berburu kambing. Alamak..., setelah puas berpusing-pusing (malay punya istilah neh) tak ditemukan satu pun penjual melepas kambing dengan harga Rp1 juta. Untuk ukuran yang paling kecil saja sudah Rp1,2 juta.

Syukurlah Alloh melihat usaha kami. Melalui tukang batu yang sedang merenovasi rumah tetangga, didapatlah info kalo dia pelihara kambing. Meluncurlah kami kesana. Untuk satu ekornya kena Rp950.000,- Alhamdulillah. Meski ukurannya sama dengan yang seharga Rp1,2 juta. Mudah-mudahan warga yang berkurban tidak kecewa. Melihat kambing lain yang dibawa sendiri oleh masing-masing pengkurban jauh lebih besar.

Inilah resiko jadi panitia! Resiko yang kemudian menjadi guyonan diantara kami.

"Ntar kalo pengkurban protes, kenapa kambingnya kecil, harus ada yang bersedia menjelaskan lho ya", ingat saya.
"Makanya kami pergi bertiga Pak", jelas Pak Sokeh yang mempunyai beban moral, karena kambing dibeli dari tukang batu yang merenovasi rumahnya.
Karena beban moral itulah mungkin yang membuat Pak Sokeh punya usulan antik. "Bagaimana kalo tahun depan, Sapi kita patok Rp1.250.000, - sedang kambing Rp1.500.000,- Pak?", katanya sambil ketawa-ketawa kecil.

Kurban kambing jauh lebih mahal dari Sapi?

"Ya Pak, dengan begitu semua orang pasti pilih sapi. Kalopun mau kurban kambing, orang itu pasti beli sendiri, yang jauh lebih murah", lanjutnya tenang.

Saya ketawa. Takmir yang lain tak jauh beda.

Rabu, 02 November 2011

Orang Jawa Punah


Meskipun sering diklaim sebagai suku mayoritas di Indonesia, namun sulit bagi saya untuk mendapatkan data terkini tentang komposisi kependudukan Indonesia berdasarkan suku bangsa. Data kependudukan yang terdapat dalam katalog BPS Nomor 9199017 Edisi 10 Maret 2011 halaman 35 buku atau halaman 48 pdf, hanya membicarakan pertumbuhan penduduk, komposisi berdasarkan jenis kelamin, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi. Itu saja. Bahkan publikasi offline yang berserakan di perpustakaan BPS Jawa Timur Jalan Raya Kendang Sari Industri Surabaya, tempat dimana saya biasa mangkal berburu data statistik tak ada satupun yang menampilkan komposisi penduduk berdasarkan suku bangsa. Entah. Tanya Kenapa?

Tapi lupakan sajalah tentang komposisi suku. Meski sebenarnya cukup penting sebagai bahan komparasi dalam bahasan selanjutnya, yang ingin saya katakan adalah suku jawa terancam punah. Atau bahkan telah punah! Disadari atau tidak.

Bukan dengan kategori bahasa -meski banyak orang jawa yang sudah kaku dan tidak paham kromo alus, sehingga cenderung berbahasa indonesia meski dengan orang tua nya sendiri.
Bukan juga masalah filosofi seperti yang ditengarai Magnis Suseno :"Kalau ada orang Jawa yang kehilangan rasa, membiarkan dirinya dikendalikan nafsu dan pamrih, kasar, dalam filosofi Jawa orang itu dianggap "belum jawa" (durung jawa)".

Tapi punah dalam 'garis keturunan'!

Tidak sebagaimana suku-suku lainnya yang ketat mengadministrasikan garis keturunan melalui nama keluarga, farm atau marga kayak suku Batak, Minangkabau, Minahasa, Ambon, Timor, Nias, Dayak dan Toraja, jarang keluarga Jawa yang menadministrasikan dengan baik silsilah keturunannya. Satu-satunya keluarga Jawa yang tertib dan rapi membukukan silsilah mereka hanyalah keluarga kerajaan. Itu pun baru di mulai pada masa kerajaan mataram baru yang didirikan oleh Raden Sutawijawa pada 1587 M.

Maka tak heran , kebanyakan kita (jawa rek) paling jauh hanya mengenal buyut saja. Garis keturunan buyut ke kanan dan ke kiri di luar garis keturunan kakek-nenek dan ayah-ibu kita, hilang seolah tak berbekas. Inilah kepunahan yang mengancam orang Jawa. Hanya mengenal tiga generasi di atasnya. Itupun dengan catatan bila orang tua kita pro aktif kesana-kemari mengenalkan garis keturunan dan mewariskannya ke kita.

Syukurlah, kesadaran untuk mengumpulkan 'balung pisah' mulai tumbuh di kalangan generasi muda jawa. Kesadaran yang sebelumnya tidak dimiliki pada generasi sebelumnya. Maka perburuan saudara jauh dari garis keturunan kakek-nenek hingga ke buyut menjadi target jangka pendek. Mumpung pelaku sejarah, para orang-orang lanjut usia dari nenek moyang kita masih hidup.

Untuk memudahkan administrasi, biasanya hubungan kekerabatan dibedakan dalam lima kategori utama, seperti:


Untuk tahap awal, data yang diinginkan masih sederhana. Hanya sebatas nama, hubungan keluarga dan tanggal lahir maupun wafat.

Banyak piranti lunak yang cukup membantu pengadministrasian tulang yang berserakan ini. Diantaranya adalah Family Tree Pilot, Genopro, Dynastree, Legacy , dan masih banyak lagi. Tinggal pilih yang anda suka. Semua piranti tersebut free. Namun masih berbasis web, kecuali Dynastree Home Edition yang merupakan aplikasi desktop yang dapat didownload.

Kalau anda belum sempat memulai proyek besar ini, setidak-tidaknya gunakan nama ayah anda dibelakang nama anda. Mungkin pada awalnya agak kikuk dan banyak pertanyaan.

"Supangat?"
"Ya, itu nama ayah saya!"


Download Dynastree Home Edition

Senin, 31 Oktober 2011

Haji Sandal Jepit

Bingung? Istilah ini mulai populer ketika musim haji tiba. Kalau anda mendengar pemberitaan koran yang ramai-ramai mewartakan adanya jamaah haji yang gagal berangkat melalui biro perjalaan haji, maka mereka yang gagal inilah yang ditempelkan kepada mereka sebutan 'haji sandal jepit'.

Lho kok?

Lebih teknis lagi, haji sandal jepit adalah mereka calon jamaah haji yang berangkat tidak masuk jatah kuota haji reguler maupun khusus. Jamaah haji non kuota ini menggunakan sistem berhaji dulu di Makkah lalu mengikuti menjalankan umrah di Madinah. Berdasarkan asal geografis pemberangkatannya, haji sandal jepit dibedakan dalam dua kategori. Yang pertama adalah WNI yang dijadwalkan berangkat melalui embakarsi haji di tanah air. Mereka biasanya pergi berombongan melalui kelompok-kelompok biro perjalanan haji swasta. Sedang yang kedua adalah para WNI yang bekerja di Arab Saudi atau negara timur tengah lainnya. Mumpung tempat kerjanya masih berdekatan dengan Mekah, tak ada salahnya toh sekalian ibadah, pikir mereka.

Meski dianggap sah secara hukum agama, namun keberadaan para haji sandal jepit ini sangat merepotkan pemerintah. Pemberitaan di media tentang jamaah haji yang terlantar atau pelayanan yang kurang, seringkali tanpa disertai penjelasan bahwa mereka adalah jamaah haji non kuota. Contoh, mengatasi jamaah haji non kuota yang yang kesasar. Sulit bagi petugas untuk menginformasikan lokasi pemondokan mereka.

"Jika jamaah haji reguler bisa dideteksi dengan cepat lokasi pemondokannya. Tapi kalau haji non kuoata, sulit sekali mencarikan pemondokan," tandas Khoirizi Dasir Kepala Seksi Pengedali Haji Khusus Daerah Kerja Makkah.

Namun berarti Khoirizi lepas tangan. "Bagiamanapun juga mereka tetap warga Indonesia. Dan kami kewajiban untuk menolongnya," paparnya.

Resiko Haji Sandal Jepit

Berbekal dengan semangat menunaikan ibadah urutan kelima dalam rukun Islam, banyak calon jamaah haji sandal jepit ini yang abai terhadap resikonya. Dengan sadar bahkan dibeberapa tempat harus berebut dan mengeluarkan biaya yang jauh lebih tinggi dari jamaah kuota, mereka rela terdaftar sebagai non kuota. Yang penting berangkat. Yang penting Ibadah. Yang penting haji!

Berikut adalah resiko-resiko yang harus diwaspadai bila anda memutuskan untuk terdaftar sebagai haji sandal jepit:
  1. Tidak tersimpan dalam data base Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemenag. Bila perjalanan haji anda tidak ada hambatan berarti, semua mulus sesuai rencana. Orang bilang, dimudahkan Alloh, maka tidak terdaftar dalam Siskohat, bukanlah masalah besar. Namun bila anda memiliki bakat pikun dan gagap di negara asing, lalu tanpa diminta-minta anda terlantar dan tersesat, maka ketika anda datang pada Media Center Haji Indonesia Kemenag yang ada di sana untuk ditunjukkan lokasi pemondokan dan teman satu rombongan , maka anda akan ditanya nomor ID anda, lalu anda bilang nggak punya ID, maka jangan marah bila petugas dengan ramah akan berkata, Bapak-Ibu banyak-banyak berdoa saja ya. Dan fakta berbicara: banyak jamaah haji non kouta yang terlantar sejak di bandara atau tersesat di masjidil haram. Bersiap-siaplah!
  2. Mengalami kesulitan saat akan dimakamkan. Bukan cuma terlunta-lunta, bahkan sekiranya Alloh menakdirkan jamaah non kuota meninggal saat menunaikan ibadah haji, diperlukan prosedur yang rumit dan birokrasi yang panjang. Masih ingatkan? Jenazah Ronidah Muhamad Amin, jamaah asal Muara Enim, Palembang bahkan sampai dua hari belum bisa dikuburkan. Pihak muasasah tidak berani menguburkan jenazah jamaah asal Muara Enim itu sebelum ada surat keterangan dari pemerintah Indonesia perwakilan Arab Saudi. Kadaker yang bertanggung jawab atas jamaah haji resmi yang terdaftar di Kementerian Agama tidak bisa mengeluarkan surat keterangan untuk pemakaman. "Kalau ada jamaah nonresmi meninggal saya sarankan agar menghubungi konsuler di KJRI. Karena proseduralnya begitu. Kami hanya bertanggung jabwab pada jamaah yang resmi, kalau nonkuota tanggung jawab KJRI,” jelas Subakin, Kadaker PPIH.
  3. Gagal Berangkat. Coba anda ketikkan keyword 'batal haji 2011'. Tak perlu dijelaskan lagi. Semua pembatalan tersebut menimpa jamaah haji sandal jepit! Dan parahnya lagi, uang yang telah disetor jamaah tidak dapat ditarik kembali. Pihak Penyelenggara hanya menjanjikan untuk dapat diberangkatkan tahun depan. Meski banyak diantara mereka para penyelenggara haji itu yang hanya menebar janji. Selengkapnya lihat disini, disini, disini dan disini.
Penyebab Munculnya Fenomena Haji Sandal Jepit

Meskipun pemberitaan media gencar mewartakan penderitaan yang dialami haji non kuota, namun dari tahun ke tahun jamaah haji jenis ini cenderung meningkat. Penyebabnya antara lain:
  1. Niat yang tulus untuk menunaikan ibadah rukun Islam kelima, mendorong mereka untuk berpikir positif terhadap biro perjalanan haji. Dapat dikatakan, tak banyak tuntutan yang terlontar dari mulut jamaah, ketika hendak diberangkatkan kembali musim haji tahun ini. Sekalipun banyak cerita dari jamaah haji non kuota yang kerap mengeluh atau merasa dirugikan oleh oknum yang memberangkatkan mereka. "Sepertinya keluhan dan rasa dirugikan hilang setelah bisa wukuf dan tawaf di kakbah,"kata salah satu jemaah.
  2. Tawaran kemudahan pengurusan. Meskipun lebih mahal dari ONH yang ditetapkan pemerintah, mereka cenderung memilih haji non kuota karena kemudahan yang ditawarkan biro perjalanan. "Memang pemerintah lebih murah. Tapi, pemerintah memberlakukan pembatasan usia. Sebagian dari kami sudah tidak bisa lagi mendaftar haji di pemerintah karena usia yang lanjut. Selain itu, kami juga harus masuk daftar tunggu," kata salah seorang jamaah non kuota.
  3. Tidak menyadari kalau dirinya termasuk dalam jamaah non kuota. . Hal ini diduga terjadi karena keawaman mereka mengenai haji reguler, haji plus atau semi plus. Bisa juga karena memang ada yang mengkoordinir, seperti biro atau majelis-majelis taklim. Para jamaah ini percaya saja dengan pimpinan majelis taklim. “Mereka tidak tahu jalurnya dan bayar melalui yang bersangkutan,” ungkapnya.
  4. Adanya ketimpangan antara kuota jamaah haji dengan minat masyarakat Indonesia. Di beberapa provinsi kursi haji baru kosong setelah 2021 nanti. Di antaranya di Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Nangroe Aceh Darussalam. Hal tersebut dijadikan peluang emas sebagian oknum untuk mencari keuntungan sendiri. Mereka memanfaatkan peluang dari jalur non-kuota yang disediakan oleh Kedutaan Arab Saudi di Jakarta.
  5. Kelemahan dalam pengurusan visa di KBRI Arab Saudi di Jakarta, dan pengawasan imigrasi di Indonesia. Jamaah haji non kuota ini bisa terbang ke Saudi karena memperoleh visa Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Tidak semestinya pemerintah Saudi mengeluarkan visa haji untuk penduduk Indonesia di luar kuota yang telah ditentukan pemerintah Saudi untuk Indonesia. Kuat dugaan hal ini terjadi karena adanya peran calo atau makelar visa.
  6. Tidak tepatnya pemahaman tentang konsep istatha'ah ibadah haji. Konsep istatha'ah diartikan sebagian ulama sebagai ukuran individual kemampuan kesehatan fisik, ketersediaan ongkos dan fasilitas pendukung untuk menunaikan ibadah haji. Pengertian istatha'ah yang hanya fokus pada kemampuan dan kesempatan individu dibangun atas dasar bahwa seruan haji sangat erat kaitannya dengan "panggilan Allah". Tidak ada urusan mengenai jalur yang ditempuh. Entah itu haji kuota atau non kuota. Membatasi kesempatan berangkat haji, tidak lain merupakan tindakan "melawan" arus yang digariskan syariat.

Kenapa Harus Ada Kuota? Pertanyaan ini wajar, mengingat durasi waiting list di beberapa daerah di Indonesia terlalu panjang. Namun membuka pintu lebar-lebar tanpa kuota mengundang banyak permasalahan. Pertimbangan dan alasan dilakukannya kuotahaji antara lain sebagai berikut:

  1. Konsep istatha'ah sebagaimana kriteria di atas juga mencakup soal kepanitiaan yang disiapkan dalam pelaksanaan haji. Konsekuensi dari pengertian ini, pada gilirannya membatasi orang untuk melaksanakan haji. Sehingga perjalanan haji hanya bisa ditempuh melalui jalur kuota yang disediakan pemerintah. Dalam hal ini adalah Kementerian Agama RI. Penetapan kuota justru untuk mewujudkan kriteria istatha'ah yang tertera dalam ayat dasar pelaksanaan haji. Karena istatha'ah tidak hanya berkaitan dengan individu, akan tetapi kondisi serta pertimbangan pemerintah sebagai ulil amri yang sah, juga menentukan ukuran istatha'ah pelaksanaan haji. Oleh karenanya, ketika tidak terlaksana dengan baik, maka pelaksanaan haji tidak masuk dalam kategori istatha'ah.
  2. Pernyataan Ketua Lajnah Daimah Pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang mengatakan tidak sah untuk melakukan haji tanpa izin haji. “Membantu para peziarah untuk memasuki tempat-tempat suci tanpa izin haji bertentangan dengan hukum dan penguasa, dan orang-orang yang melakukan haji tanpa izin haji melakukan hal yang melanggar hukum,” kata Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh dalam sebuah pernyataan yang didistribusikan oleh Gubernuran Makkah.
  3. Untuk menjamin keselamatan jamaah dan mendukung tindakan yang diambil oleh pemerintah untuk tujuan tersebut dengan cara mengurangi kepadatan selama ibadah haji.
  4. Kuota penting bukan hanya untuk mengendalikan massa tapi juga untuk merencanakan layanan yang diperlukan. Kita tentu tidak menginginkan kejadian di Mina tahun 1983 terulang bukan?

Untuk meminmalisir jumlah jamaah haji non kuota, sebenarnya tidak terlalu sulit. Hanya membutuhkan komitmen institusi pengelola haji melalui peningkatan koordinasi. Lemahnya koordinasi ini nampak dari ucapan Zakaria Anshar, Konjen RI di Jeddah, yang mengatakan bahwa sebenarnya keberadaan jamaah haji non kuota ini bisa dihentikan pada saat pemeriksaan dokumen keimigrasian oleh petugas imigrasi di bandara Indonesia.Namun dia menyangsikan kesiapan Imigrasi melakukan penyetopan jamaah haji non kuota.

Selain itu untuk mengakomodir jumlah jamaah yang terus bertambah, tak ada salahnya Kementerian Agama melakukan koordinasi dengan Arab Saudi agar kuota haji tahun depan menambah kuota dan menyetop pemberian visa di luar kuota yang resmi.

Dengan langkah-langkah di atas, dan sosialisasi yang gencar tentang haji kuota, diharapkan cerita terlantar, derita dan gagal berangkat jamaah haji non kuota tak kan terulang. Namun bagaimanapun hidup adalah pilihan. Masih berminat menjadi haji sandal jepit?

Minggu, 30 Oktober 2011

Semoga Komodo Bukan Komoditas Politik


Masih ingat 'gladiator'? Ia merupakan salah satu film favorit saya. Masih terekam dalam benak saya, ucapan Commodus Patricide, tatkala bermaksud mengurangi pengaruh Senat Romawi, dengan pernyataannya, "Berikan pada rakyat apa yang mereka sukai. Maka mereka akan menyerahkan hatinya padamu".

Commodus
tentu bukanlah raja yang bijaksana. Terlihat dari kedengkiannya pada Maximus Decimus Meridius, seorang Jendral Besar di Roma, masa pemerintahan Kaisar Marcus Aurelius, hingga rela mengotori tangannya dengan melakukan pembunuhan secara brutal terhadap keluarga Maximus. Maka memberikan pada rakyat apa yang mereka sukai, akan mengalihkan perhatian rakyat pada kelemahan yang dia miliki. Dan karena rakyat Romawi saat itu adalah pecandu gladiator, maka kompetisi gladiator tingkat negara pun rutin digelar. Memperebutkan piala Kaisar tentu saja.

Ajakan untuk mendukung komodo sebagai satu dari tujuh keajaiban baru dunia sudah terdengar lama. Namun frekwensinya baru terasa gempita satu bulan belakangan ini. Terlebih Sidomuncul melalui penampilan para artisnya , rutin mengisi tayangan iklan layanan umum di televisi. Berbagai slogan pun akrab di telinga.

"Dukung Komodo, Ketik Komodo kirim ke 9818" "Vote for Komodo" Bahkan yang paling heroik, "Dukung RI: Ketik KOmodo kirim ke 9818, Gratis...!"

Siapapun boleh mendukung komodo. Tak ada satupun undang-undang yang melarangnya. Namun kiprah para aktivis (mantan) politik dalam hal ini patut dicermati. Mirip saat hajatan piala AFF 2010 kemaren. Sebelumnya tak pernah ada dukungan masyarakat yang begitu besar terhadap kesebelasan nasional Indonesia. Namun gelaran kemaren menuai dukungan dari seluruh lapisan, tak peduli kaya ato miskin, artis, pegawai, pelajar, pengangguran, politikus bahkan pejabat, tumplek blek memenuhi stadion gelora.

Melihat animo masyarakat yang begitu besar, politikus pun mulai berhitung. Sesumbar Nurdin Halid (meski belum pasti juara) bahwa keberhasilan timnas Indonesia menembus final adalah andil Partai Golkar, memancing reaksi dari lawan-lawan politiknya. Maka dimulailah babak baru. Episode menggulingkan Nurdin. Semua berebut untuk menempatkan orangnya pada pucuk kepemimpinan PSSI.

Sama halnya dengan gempita piala AFF kemaren, saat ini masyarakat Indonesia sedang ephoria untuk mendukung Komodo sebagai satu dari tujuh keajaiban dunia. Tanpa bermaksud untuk menilai keikhlasan mereka dalam mengkampanyekan dukungan pada Komodo, namun Komodo telah menjadi isu besar. Isu nasionalisme. Dan sejak dulu , isu nasionalisme dekat sekali bahkan beririsan dengan isu politik.

Berikut aktivitas beberapa tokoh nasional maupun lokal yang terlibat aktif dalam mengkampanyekan dukungan terhadap komodo, secara kronologis sebagai berikut:
  1. Jusuf Kalla, mantan wapres RI, saat ini menjadi vote getter dan duta besar pulau komodo. Bapak yang masih cekatan ini bahkan langsung bergerak cepat dengan menggandeng tiga operator besar untuk menurunkan tarif sms dukungan dari Rp1000 menjadi Rp1.
  2. Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI, dalam sela peresmian Bandara Internasional Lombok mengajak seluruh menteri di jajaran kabinetnya dan publik untuk ikut mendukung Komodo masuk dalam nominasi 7 keajaiban dunia versi New7Wonders. Caranya dengan vote SMS 9818 untuk semua operator.
  3. Mahfud MD dengan gaya khasnya berkata, "Kita sudah mendukung semua agar Komodo masuk ke tujuh keajaiban dunia. Pak Jusuf Kalla juga sudah bagus menjadi Duta Komodo, saya kira bagus," kata dia di Gedung MK, Jakarta, Kamis malam 6 Oktober 2011.
  4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Manggarai Barat (Mabar), melalui ketuanya Mateus Hamsi, S.Sos dalam sidang paripurna DPRD, Kamis (20/10/2011). meminta masyarakat untuk mengirimkan sms ke nomor 9818 sebagai bentuk dukungan untuk komodo masuk dalam new seven wonders.
Bagaimana tanggapan orang asli NTT? Berikut hurek dalam blognya berpendapat:

  • Pentingkah status komodo sebagai keajaiban dunia?
"Bisa penting karena komodo dan pulau-pulau sekitar, khususnya Flores dan NTT, bakal jadi jujukan wisatawan dunia. Makin banyak turis, tentu saja ekonomi di NTT bisa meningkat. Angka kemiskinan yang tinggi, predikat NTT sebagai Nusa Tetap Tertinggal atau Nasib Tidak Tentu, bisa perlahan-lahan hilang".
  • Bagaimana bila tidak menang?
"andaikata tidak berhasil, si komodo ini tetap saja binatang purba yang hanya ada di bumi Indonesia. Dan itu sudah suatu keajaiban dunia, tanpa perlu pemungutan suara, polling SMS, mobilisasi e-mail, dan sebagainya. Masih banyak cara untuk mempromosikan komodo tanpa harus terjebak permainan pihak-pihak tertentu di luar negeri yang punya kepentingan bisnis di balik proyek 'keajaiban dunia' itu."
  • Bagaimana dengan metode pengiriman SMS untuk menentukan pemenang?
"Lucu juga kalau status 'keajaiban dunia' diperoleh dari jumlah SMS. Kalau SMS-nya kurang, status 'keajaiban' itu hilang, digeser daftar lain yang mungkin kalah bobot dibandingkan binatang purba bernama komodo itu".
  • Bagaimana perasaan anda melihat gencarnya dukungan pada komodo?
"Sebagai orang NTT, saya tentu saja sangat bangga melihat kampanye besar-besaran untuk si komodo. Sejak jadi provinsi sendiri pada 20 Desember 1958, komodo menjadi lambang NTT. Tapi, anehnya, orang-orang NTT sendiri hampir tidak pernah melihat langsung binatang komodo itu. Kecuali tentu saja penduduk Pulau Komodo, Rinca, Labuan Bajo, dan sebagian Kabupaten Manggarai".
  • Mengapa begitu?
"Karena di NTT tidak ada kebun binatang. Komodo-komodo itu biasanya dikirim untuk koleksi kebun binatang di Jawa, Sumatera, atau luar negeri. Saya sendiri, yang asli NTT, pertama kali melihat komodo justru di Kebun Binatang Surabaya, Jawa Timur".
  • Bagaimana respon Pemda NTT dalam mengelola 'keajaiban dunia" ini?
"Pemda NTT sendiri setahu saya sejak dulu kurang optimal menjadikan Pulau Komodo dan sekitarnya sebagai pusat wisata unggulan NTT. Baru-baru ini saja setelah ada proyek 'keajaiban dunia' baru ada geliat".

Komodo, The New Pemersatu Bangsa?


Gegap gempita pemilihan tujuh keajaiban dunia yang baru (The New 7 Wonder of The World) memasuki babak baru dalam ruang publik di Indonesia. Melalui kampanye Ketik Komodo,kirim ke 9818, masyarakat pun berbondong-bondong memberikan pulsanya sebesar satu rupiah dari sebelumnya Rp.1000 per sms.

“Kita mendeclaire, nanti mulai Satu (15/10/2011) pukul 00.00 WIB, tarif SMS seluruh operator sudah menjadi Rp 1,” ujar JK dalam acara jumpa pers yang digelar di kantor PMI, Jakarta, Jumat (14/10/2011).

Dalam beberapa kali kesempatan Jusuf Kalla yang didaulat menjadi duta besar Pulau Komodo sangat getol memasarkan dan mempopulerkan dukungan terhadap komodo. Langkahnya begitu agresif ketika menggandeng dan bekerjasama dengan 3 operator seluler utama di Indonesia (Telkomsel, Indonesat, dan XL) untuk mengurangi biaya SMS Premium 9818 dari Rp1000 menjadi Rp1 agar masyarakat tidak diberatkan dengan dukungan ini.“Cukup ketik komodo, kirim ke 9818,” kata JK berulang kali. Tugas mantan Wapres RI ini cukup berat. Ia harus memperjuangkan Pulau Komodo menjadi satu diantara 7 keajaiban dunia baru. Penentuannya dilakukan oleh panitia kecil New7Wonders dalam final yang rencananya akan dihelat pada 11 November 2011 mendatang.

Siapakah New7wonders ini? Yang aksi globalnya melakukan pemilihan tujuh keajaiban dunia yang baru begitu menyedot perhatian publik. Termasuk Indonesia. Bahkan presiden SBY pun tak ketinggalan. Di sela-sela acara resmi kenegaraan, peresmian Bandara Internasional Lombok, SBY menyerukan seluruh menterinya di jajaran kabinet dan masyarakat untuk ikut mendukung Komodo masuk dalam nominasi 7 keajaiban dunia versi New7Wonders. Cukup dengan vote SMS 9818 ke semua operator.

Adakah kepentingan tersembunyi New7wonders dalam kontes kali ini? Keuntungan macam apa yang kita peroleh sekiranya Komodo benar-benar masuk dalam kategori tujuh keajaiban dunia yang baru. Lantas berapa lama Komodo berhak menyandang gelar sebagai satu dari tujuh keajaiaban dunia, kalau kemudian untuk jangka waktu tertentu akan diadakan kontes serupa? Dan kenapa harus komodo? Bukankah banyak jenis hewan lainnya yang berhabitat cuma di Indonesia macam Orang Utan, Anoa, Maleo, Cassiopeia ornata, Tripedalia cytophora, Mastigias papua dan Aurelia aurita. ?

Sekedar mengingatkan saja, Pemerintah RI pernah berantem dengan Yayasan New7Wonders pada awal Pebruari 2011. Saat itu Jero Wacik, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI, sempat merasa diancam oleh Yayasan New7Wonders untuk menyetorkan uang senilai US$45 juta atau lebih dari Rp400 Milyar agar Indonesia bisa menjadi tuan rumah final kontes ini. Permintaan uang itu disertai ancaman pencoretan Pulau Komodo jika Pemerintah Indonesia tidak bersedia.

Rumor sepihak ini langsung dibantah oleh New7Wonders secara resmi dalam situsnya. New7Wonders bahkan menuding pemerintah RI wan prestasi, lamban dan tidak produktif.

Entahlah siapa yang benar. Tapi fakta bercerita pada kita tentang perselisihan yang menguap begitu saja, entah kemana. Dan Komodo pun menjadi satu dari 28 finalis.

Bukan dengan pemerintah RI saja New7Wonders bermasalah. Salah satu finalis New7Wonders, Maladewa, resmi menyatakan mundur dari kompetisi. Mereka menarik diri karena mahalnya biaya lisensi dan paket sponsor yang diminta panitia penyelenggara New7Wonders. Pengumuman ini dipajang di situs resmi pariwisata pemerintah Maladewa.

Pemerintah RI sendiri sampai sekarang belum pernah berterus terang, berapa biaya yang harus dikeluarkan seandainya kemudian Komodo ditetapkan sebagai satu diantara tujuh keajaiban baru dunia. Namun bila merujuk kepada Maladewa dalam situs resminya, biaya yang mesti ditanggungnya agar masuk sebagai finalis terdiri atas point-point sebagai berikut:

1. Sponsor Platinum dengan biaya lisensi sebesar US$ 350 ribu atau sekitar Rp 3 miliar
2. Dua biaya lisensi sponsor emas masing-masing US$ 210 ribu atau sekitar Rp 1,8 miliar
3. Sponsor dari acara 'World Tour' dimana Pemerintah maladewa harus membayar untuk delegasi orang untuk mengunjungi negara, menyediakan wahana balon udara panas, perjalanan bagi wartawan, penerbangan, akomodasi, komunikasi dan biaya lain.
4. Biaya lisensi untuk penyedia telekomunikasi nasional untuk berkampanye dalam New7Wonders sebesar US$ 1 juta atau sekitar Rp 8,8 miliar. Namun angka itu akhirnya menurun setelah dinegosiasikan menjadi US$ 500 ribu atau sekitar Rp 4,4 miliar
5. Biaya lisensi untuk penerbangan Maladewa yang nantinya akan menampilkan logo pada pesawat sebesar US$ 1 juta atau sekitar Rp 8,8 miliar.

Minimal Rp18 M harus dikeluarkan Maladewa. Itupun belum termasuk poin no 3.

Bagaimana dengan kita? Benarkah biaya yang harus kita tanggung minimal sama dengan Maladewa? Wallohu A'lam. Namun Irwan Hidayat sendiri, bos Sido Muncul yang ikut memberikan hibah dalam bentuk promosi layanan publik sebesar 2M sebagai bentuk dukungan kampanye komodo, tidak berani menampilkan logo Sidomuncul dalam tayangan iklan PSA (public Service Advertisement)nya .
"Sebab, kalau pakai nama perusahaan, maka kita harus membayar kepada Yayasan New 7 Wonders sebesar Rp 1 miliar," ungkap Irwan kagi.

Selain fakta tentang transaksi ekonomi yang mulai terlibat dalam penentuan finalis, aroma dagang sapi tersebut semakin mengental karena tidak transparannya dan konsistensi penentuan ranking finalis. Dari 28 finalis, sebanyak 16 tempat menurun jumlah dukungannya. Termasuk Maladewa dan Pulau Komodo. Sementara sisanya terlihat meningkat jumlah dukungannya ekonomi cukup kental tercium dari perhelatan tujuh keajaiban baru dunia ini.

Selengkapnya ke duapuluh delapan finalis tersebut sebagai berikut:

New7Wonders of Nature Finalists Map

Pemerintah RI sendiri sebenarnya cenderung untuk mengikuti langkah Maladewa. Sebagaimana penuturan Bob Assegaf dari Forum Wartawan Pecinta Komodo yang mengatakan setelah berselisih paham dengan pemerintah RI, yayasan New7Wonders kemudian menggandeng aktivis LSM di Indonesia. LSM yang bernama Pendukung Pemenangan Komodo (P2K) pun berdiri dibawah komando Emmy Hafild, yang kemudian menjadikan JK sebagai vote gather SMS dukungan Komodo.

Lantas bagaimana dengan lembaga resmi PBB, UNESCO yang jauh lebih berwenang dalam hal ini. Melalui situsnya, UNESCO menyatakan:

"In order to avoid any damaging confusion, UNESCO wishes to reaffirm that there is no link whatsoever between UNESCO's World Heritage programme, which aims to protect world heritage, and the current campaign concerning "The New 7 Wonders of the World".
This campaign was launched in 2000 as a private initiative by Bernard Weber, the idea being to encourage citizens around the world to select seven new wonders of the world by popular vote.
Although UNESCO was invited to support this project on several occasions, the Organization decided not to collaborate with Mr. Weber."

Bagaimana dengan komodo sendiri. Benarkah bahwa penetapan komodo sebagai satu dari tujuh keajaiban dunia akan memperbaiki kualitas hidup komodo? Ini perlu ditanyakan , karena berbagai kampanye vote for komodo, selalu menyajikan tentang manfaat ekonomi yang diperoleh Indonesia terutama penduduk lokal , sebagaimana pernyataan berikut dalam sebuah situs :

"Jika Komodo sukses menjadi salah satu dari tujuh keajaiban alam dunia, maka dapat dipastikan, akan terjadi multy player effect terhadap kehidupan masyarakat. Secara umum, Indonesia semakin memperkukuh posisinya di mata dunia sebagai negeri yang alamnya kaya dengan eksotisme yang menantang untuk dikunjungi. Sementara itu, penduduk Pulau Komodo dan masyarakat di Nusa Tenggara yang selama ini dikenal sebagai kawasan berpenduduk rata-rata masih di bawah angka kemiskinan, akan terimbas dan terdorong kehidupan ekonominya, karena kunjungan orang-orang berduit dari manca negara berdatangan ke sana. Dan sudah tentu, juga akan terjadi perbaikan sarana dan prasarana infrastruktur dari pemerintah pusat ataupun karena bantuan dunia, sehingga hal itu akan memicu aktivitas peningkatan kegiatan ekonomi rakyat."

Untuk mengetahui apa yang paling dibutuhkan komodo, tentu saja tidak perlu melalui sensus dan mendatangi komodo satu persatu sambil menanyakan pada mereka, "bagaimana perasaan anda jika menjadi mahluk yang terkenal di dunia?". Cukuplah menggunakan pendapat para peneliti Komodo dan antropolog , salah satunya adalah Prof. Putra Sastrawan.

Peneliti Komodo sejak tahun 1969 yang juga mantan Pembantu Rektor III Universitas Udayana ini menyatakan , " Yang paling dibutuhkan Komodo saat ini adalah konservasi, bukan justru mempopulerkannya, apalagi lewat SMS macam audisi idol. Komodo sudah populer sejak diterbitkan pada jurnal ilmiah dunia pada tahun 1912. Statistik Kehutanan menyebutkan 95% pengunjung pulau ini adalah orang asing. Artinya, di luar negeri, pulau ini sudah populer".

Selain itu, diperlukan adanya penguatan stake holders di sekitar habitat Komodo dalam bentuk konsistensi menjaga habitat komodo. Putra menegaskan pentingnya hal ini karena adanya penurunan jumlah populasi Komodo sejak penelitiannya tahun 1969 sampai dengan tahun 2000-an. Pada survey periode 1969-1970, jumlah Komodo yang tersebar di Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Flores mencapai 5.500 ekor. Pada survey tahun 2000-an, jumlahnya tidak kurang dari 3 ribu ekor.

Kritik sangat keras terlontar dari Prof. Dr. Laurentius Dyson guru besar Antropologi Fisip Universitas Airlangga. Menurutnya, tidak etis jika Presiden ikut berkampanye untuk kepentingan New7Wonders yang notabene adalah lembaga swasta. “Lagi-lagi masyarakat dieksploitasi dengan diajak kirim SMS untuk mendukung sesuatu yang tidak jelas manfaatnya,” kata dia.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More