Rabu, 02 November 2011

Orang Jawa Punah


Meskipun sering diklaim sebagai suku mayoritas di Indonesia, namun sulit bagi saya untuk mendapatkan data terkini tentang komposisi kependudukan Indonesia berdasarkan suku bangsa. Data kependudukan yang terdapat dalam katalog BPS Nomor 9199017 Edisi 10 Maret 2011 halaman 35 buku atau halaman 48 pdf, hanya membicarakan pertumbuhan penduduk, komposisi berdasarkan jenis kelamin, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi. Itu saja. Bahkan publikasi offline yang berserakan di perpustakaan BPS Jawa Timur Jalan Raya Kendang Sari Industri Surabaya, tempat dimana saya biasa mangkal berburu data statistik tak ada satupun yang menampilkan komposisi penduduk berdasarkan suku bangsa. Entah. Tanya Kenapa?

Tapi lupakan sajalah tentang komposisi suku. Meski sebenarnya cukup penting sebagai bahan komparasi dalam bahasan selanjutnya, yang ingin saya katakan adalah suku jawa terancam punah. Atau bahkan telah punah! Disadari atau tidak.

Bukan dengan kategori bahasa -meski banyak orang jawa yang sudah kaku dan tidak paham kromo alus, sehingga cenderung berbahasa indonesia meski dengan orang tua nya sendiri.
Bukan juga masalah filosofi seperti yang ditengarai Magnis Suseno :"Kalau ada orang Jawa yang kehilangan rasa, membiarkan dirinya dikendalikan nafsu dan pamrih, kasar, dalam filosofi Jawa orang itu dianggap "belum jawa" (durung jawa)".

Tapi punah dalam 'garis keturunan'!

Tidak sebagaimana suku-suku lainnya yang ketat mengadministrasikan garis keturunan melalui nama keluarga, farm atau marga kayak suku Batak, Minangkabau, Minahasa, Ambon, Timor, Nias, Dayak dan Toraja, jarang keluarga Jawa yang menadministrasikan dengan baik silsilah keturunannya. Satu-satunya keluarga Jawa yang tertib dan rapi membukukan silsilah mereka hanyalah keluarga kerajaan. Itu pun baru di mulai pada masa kerajaan mataram baru yang didirikan oleh Raden Sutawijawa pada 1587 M.

Maka tak heran , kebanyakan kita (jawa rek) paling jauh hanya mengenal buyut saja. Garis keturunan buyut ke kanan dan ke kiri di luar garis keturunan kakek-nenek dan ayah-ibu kita, hilang seolah tak berbekas. Inilah kepunahan yang mengancam orang Jawa. Hanya mengenal tiga generasi di atasnya. Itupun dengan catatan bila orang tua kita pro aktif kesana-kemari mengenalkan garis keturunan dan mewariskannya ke kita.

Syukurlah, kesadaran untuk mengumpulkan 'balung pisah' mulai tumbuh di kalangan generasi muda jawa. Kesadaran yang sebelumnya tidak dimiliki pada generasi sebelumnya. Maka perburuan saudara jauh dari garis keturunan kakek-nenek hingga ke buyut menjadi target jangka pendek. Mumpung pelaku sejarah, para orang-orang lanjut usia dari nenek moyang kita masih hidup.

Untuk memudahkan administrasi, biasanya hubungan kekerabatan dibedakan dalam lima kategori utama, seperti:


Untuk tahap awal, data yang diinginkan masih sederhana. Hanya sebatas nama, hubungan keluarga dan tanggal lahir maupun wafat.

Banyak piranti lunak yang cukup membantu pengadministrasian tulang yang berserakan ini. Diantaranya adalah Family Tree Pilot, Genopro, Dynastree, Legacy , dan masih banyak lagi. Tinggal pilih yang anda suka. Semua piranti tersebut free. Namun masih berbasis web, kecuali Dynastree Home Edition yang merupakan aplikasi desktop yang dapat didownload.

Kalau anda belum sempat memulai proyek besar ini, setidak-tidaknya gunakan nama ayah anda dibelakang nama anda. Mungkin pada awalnya agak kikuk dan banyak pertanyaan.

"Supangat?"
"Ya, itu nama ayah saya!"


Download Dynastree Home Edition

BILA ANDA SUKA DENGAN ARTIKEL INI, MOHON KLIK VOTE FOR ME PLEASE.. Top Blogs keywords hint: Haji, Perjalanan ke tanah suci, perjalanan diri, berbagi perjalanan.
Artikel Terkait Lainnya :

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More