Semoga Komodo Bukan Komoditas Politik

Masih ingat 'gladiator'? Ia merupakan salah satu film favorit saya. Masih terekam dalam benak saya, ucapan Commodus Patricide, tatkala bermaksud mengurangi pengaruh Senat Romawi, dengan pernyataannya, "Berikan pada rakyat apa yang mereka sukai. Maka mereka akan menyerahkan hatinya padamu".

Haji Sandal Jepit

Bingung? Istilah ini mulai populer ketika musim haji tiba. Kalau anda mendengar pemberitaan koran yang ramai-ramai mewartakan adanya jamaah haji yang gagal berangkat melalui biro perjalaan haji, maka mereka yang gagal inilah yang ditempelkan kepada mereka sebutan 'haji sandal jepit'.

Orang Jawa Punah

Tidak sebagaimana suku-suku lainnya yang ketat mengadministrasikan garis keturunan melalui nama keluarga, farm atau marga kayak suku Batak, Minangkabau, Minahasa, Ambon, Timor, Nias, Dayak dan Toraja, jarang keluarga Jawa yang menadministrasikan dengan baik silsilah keturunannya.

Panitia Qurban (jadi) Korban

Alkisah satu bulan menjelang hajat tahunan ibadah Haji dilakukan, berkumpullah segelintir warga perumahan Mutiara Citra Graha yang kebetulan mau menyibukkan dirinya dalam kegiatan Musholla, hanya untuk membahas pembentukan panitia sekaligus persiapan untuk mengakomordir pelaksanaan warga perumahan yang bersedia untuk berkurban.

Panitia Qurban (jadi) Korban

Alkisah satu bulan menjelang hajat tahunan ibadah Haji dilakukan, berkumpullah segelintir warga perumahan Mutiara Citra Graha yang kebetulan mau menyibukkan dirinya dalam kegiatan Musholla, hanya untuk membahas pembentukan panitia sekaligus persiapan untuk mengakomordir pelaksanaan warga perumahan yang bersedia untuk berkurban.

Kamis, 23 September 2010

Kesan Pertama Begitu Menggugah




Silaturahmi fisik yang terputus sejak 4 tahun lalu,
menjadi motivasi utama untuk mengunjungi keluarga di Palu.
Sabtu, 11 September 2010.


Perjalanan mudik ke Palu memang telah kami rencanakan setahun yang lalu. Awalnya sempat ragu. Kondisi kesehatan saya yang belum fit benar menjadi pertimbangan utama. Antara jadi dan tidak bergantian mengisi ruang utama pengambilan keputusan benak kami. Setelah mencermati perkembangan penyakit yang selama februari sampai dengan agustus 2010 tidak juga menunjukkan perkembangan berarti (trombosit masih berkisar 90 ribu dari normal yang minimal 150 rb) maka bismillah kami putuskan untuk beli tiket, 5 dewasa , 1 infant. Hi..hi..hi.., meski dalam kondisi sakit produksi anak jalan terus.
Kaget juga saat memburu tiket. Betapa tidak. Harganya melambung. Aji mumpung kayaknya mendominasi maskapai penerbangan. Harga gak boleh turun, meski pada penerbangan H + 1 sekalipun. Kelak kebijakan yang saya duga ini terbukti. Banyak seat kosong pada penerbangan yang kami ambil. Jadilah kami berenam memisahkan dirinya masing-masing. Memilih seat dengan posisi view terbaik. Dekat jendela. Maksudnya agar bisa lihat pemandangan sekeliling kayak di bis. Namun orang juga namanya pesawat terbang, pemandangannya tidak berubah. Awan putih melulu.
Syukurlah kami tidak perlu transit di Makasar. Cuma perlu waktu 1 jam 45 menit di udara. Kami landing tepat 15.30 WITA dari yang seharusnya 14.30 WITA. Keterlambatan saat pemberangkatan mungkin ada pemeriksaan mesin yang memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan. Untung saja pengelola bandara begitu transparan. Terpampang lebih di lima tempat, sebuah tulisan tentang kompensasi yang harus diberikan maskapai pada penumpangnya , jika terjadi keterlambatan. Karena hanya molor 1 jam saja, alhamdulillah dapat snack satu2. Lumayan, meskipun dalam hati saya berharap agar molornya lebih dari 90 menit, agar kompensasinya : makan siang! Hi..hi..hi..dasar gentong.
Tak dinyana tak diduga, rombongan penjemput di bandara Mutiara Palu lebih dari satu kompi. Lama tak jumpa ( 4 tahun ) membuat wajah2 keponakan ber-evolusi. Pada mirip artis. Ammar anak tertua saya, memilih bergabung dengan geng motor keponakan, daripada naik mobil. Lebih silir katanya.
Perjalanan dari bandara ke rumah hanya memakan waktu 20 menit saja. Palu sudah berubah. Ada sedikit kecewa dalam hati. Pohon-pohon besar yang dulu menaungi jalan sepanjang bandara, entah hilang kemana. Palu benar-benar meranggas. Jalur dua (istilah populer orang palu untuk menyebut jalan Moh Yamin) tak jauh beda. Bahkan masih ditambah dengan taman yang dipenuhi dengan ilalang. Padahal sepanjang jalur dua adalah area perkantoran. Masak tak satupun yang punya dana untuk mempercantik halaman depan kantornya? Mungkinkah ini wujud ketidakpedulian pada Palu tempat tinggalnya? Ataukah wujud keengganan pemkot Palu untuk memberdayakan perkantoran di wilayahnya? Entahlah.
Sepanjang jalan itu saya banyak melihat baliho besar2. Para calon bupati, walikota bahkan gubernur yang mengajak orang untuk jangan ragu memilih dirinya. Banyak program ditawarkan. Tapi tak satu pun yang peduli dengan kebersihan dan keindahan kota.
HB Paliudju yang mencanangkan Kunjungan Wisata di Sulawesi Tengah dengan menjadikan Palu sebagai pintu masuknya mungkin hanya bermimpi. Perlu kerja keras untuk membuktikan bahwa Palu layak sebagai pintu masuk Sulawesi Tengah.
Inilah kesan pertama saya. Selaku wisatawan , sekaligus sebagai orang Jawa yang menjadi bagian dari komunitas Kaili.

Jumat, 10 September 2010

Setelah Sekian Lama

25 Agustus 2008, itu berarti telah dua tahun berlalu, semenjak saya memposting pertama kali pada blog ini. Anda pasti langsung bisa menebak tipikal orang macam apa saya. Tak salah kalo anda bilang , saya tipe petualang. Yang hanya berpindah dari satu eksperimen ke eksperimen yang lain untuk mendapatkan disain sebuah blog yang bagus. Bagus tampilan fisiknya (walau mungkin tak pernah terwujud), namun yang pasti posting tulisan yang seharusnya menjadi ruh dari sebuah blog tidak muncul di sini. Hanya satu. Itu pun asal comot dari sebuah postingan berbahasa Inggris yang secara ala kadarnya diterjemahkan oleh mbah google dalam bahasa Indonesia. Hasilnya tentu saja nggak nggenah!
Orang yang baca , pasti mudah untuk menyimpulkan bahwa pemostingnya juga nggak nggenah. Tak apa-apa bila itu bisa memacu saya untuk memperbaiki isi blog ini. Sebuah semangat yang saya harapkan tidak hangat2 tai kucing. Doakan saya.
Dan untuk edisi perdana setelah sekian lama, saya coba untuk mempublikasikan perjalanan saya mudik ke Palu Sulawesi Tengah. Tolong kasih masukan dong , apa saja yang mesti saya tulis.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More