Rabu, 02 Februari 2011

Sengaja Tanpa Judul




Jangan terpaku pada judul. Kalimat ini singkat. Mengagetkan. Karena muncul dari lisan seorang yang setiap hari selalu berpikir ilmiah. Kaget? Tentu saja.




Judul bagi saya -seorang yang saban harinya berkutat dengan angka-angka-
adalah ungkapan laen dari 'target'. Tanpa target , dapat dibilang orang itu dah mati. Tanpa target, tak ada ukuran sukses bagi perusahaan. Tak ada dampak bonus ikutan, tak ada jasa produksi. Tanpa target , orang akan lupa tujuan perjalanannya. Tanpa target, orang tak kan pernah sampai tujuan. Benarkah?

Jangan terpaku pada judul. Itu kalimat yang keluar, tatkala saya selaku mahasiswa bimbingannya mohon bantuan pendapatnya, judul apa yang pantas disematkan untuk belasan lembar proposal yang saya buat. Jujur saya mengalami gegar kosakata, tatkala harus memilih padanan kata "Information Technologi Agility". Pantas nggak kalo diterjemahin Ketangkasan IT, ato Kecerdasan IT, atau yang satu ini nih: Kegesitan IT. Secara substansi saya mengerti benar dengan istilah yang dibuat penulisnya. Tapi begitu mencoba memindahkannya ke lingkup lokal, terjemahan apa yang paling pas untuk menggambarkan kecepatan IT dalam merespon setiap perubahan lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Bingung aku..!

Nah , Jangan terpaku pada judul, begitu katanya berulang. Kalo semua energimu kau kerahkan hanya untuk memikirkan seuntai kata paling atas dalam tulisanmu, dengan tujuan agar orang tertarik, maka tunggu sampai tempomu habis. Dan kau tak akan pernah puas dengan diksimu.

Tidakkah kau belajar dari seorang Putu Wijaya. Untuk beratus-ratus lembar kertas tulisannya, untuk beribu-ribu kata yang tumpah dari moncong penanya, dan untuk berjuta huruf yang selalu berulang, dia hanya perlu meneriakkan satu kata saja untuk mengemas semua karya kreatifnya. Ya..., hanya satu kata. Ya, cuma satu kata, tegas Hari Murti dalam Adegan.

Dalam kilas balik tiga jam sebelum kudengar 'Jangan terpaku judul' , kuhitung berapa lama aku memikirkan sebaris kalimat yang tepat untuk menggambarkan pemahamanku tentang suatu ilmu. Terbelalak otakku ketika rekaman waktu yang dibutuhkan dalam pencarian judul terpampang dalam ingatan. Busyet.., 4 jam!

4 jam yang belum tuntas. Karena masih saja saya nggak puas dengan judul pilihanku. Makanya begitu sesi mbolak-mbalik lembar usulan penelitianku kelar dia lakukan, secepat lahar dingin Merapi membanjiri jalanan Magelang, kutanyakan keikhlasannya mengganti judulku.

"Untung..., bila kau belum menemukan kalimat yang tepat untuk seonggok sampah ilmiahmu, itu berarti kamu belum memahami apa yang hendak kamu kerjakan. Substansi ilmunya saja tak kau ketahui. Bagaimana mungkin kamu bisa menuliskan alamat tempat tinggalmu, bila substansi ilmu yang menjadi rumahmu saja tak pernah kau pahami?"

Hari ini aku mendapat pelajaran penting. Banyak orang terpaku pada judul. Hingga lupa pada substansi. Banyak orang fokus pada tetenger, kehormatan dan kebanggaan hingga lupa untuk apa dirinya diciptakan. Fokus pada judul boleh jadi hanya bikin amburadul!

BILA ANDA SUKA DENGAN ARTIKEL INI, MOHON KLIK VOTE FOR ME PLEASE.. Top Blogs keywords hint: Haji, Perjalanan ke tanah suci, perjalanan diri, berbagi perjalanan.
Artikel Terkait Lainnya :

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More