Semoga Komodo Bukan Komoditas Politik

Masih ingat 'gladiator'? Ia merupakan salah satu film favorit saya. Masih terekam dalam benak saya, ucapan Commodus Patricide, tatkala bermaksud mengurangi pengaruh Senat Romawi, dengan pernyataannya, "Berikan pada rakyat apa yang mereka sukai. Maka mereka akan menyerahkan hatinya padamu".

Haji Sandal Jepit

Bingung? Istilah ini mulai populer ketika musim haji tiba. Kalau anda mendengar pemberitaan koran yang ramai-ramai mewartakan adanya jamaah haji yang gagal berangkat melalui biro perjalaan haji, maka mereka yang gagal inilah yang ditempelkan kepada mereka sebutan 'haji sandal jepit'.

Orang Jawa Punah

Tidak sebagaimana suku-suku lainnya yang ketat mengadministrasikan garis keturunan melalui nama keluarga, farm atau marga kayak suku Batak, Minangkabau, Minahasa, Ambon, Timor, Nias, Dayak dan Toraja, jarang keluarga Jawa yang menadministrasikan dengan baik silsilah keturunannya.

Panitia Qurban (jadi) Korban

Alkisah satu bulan menjelang hajat tahunan ibadah Haji dilakukan, berkumpullah segelintir warga perumahan Mutiara Citra Graha yang kebetulan mau menyibukkan dirinya dalam kegiatan Musholla, hanya untuk membahas pembentukan panitia sekaligus persiapan untuk mengakomordir pelaksanaan warga perumahan yang bersedia untuk berkurban.

Panitia Qurban (jadi) Korban

Alkisah satu bulan menjelang hajat tahunan ibadah Haji dilakukan, berkumpullah segelintir warga perumahan Mutiara Citra Graha yang kebetulan mau menyibukkan dirinya dalam kegiatan Musholla, hanya untuk membahas pembentukan panitia sekaligus persiapan untuk mengakomordir pelaksanaan warga perumahan yang bersedia untuk berkurban.

Rabu, 30 November 2011

Belajar Search Engine Optimation

Sudah 17 hari sejak posting yang sengaja dibuat untuk diikutkan kontes SEO dengan keywords 'Disabilitas dan Pandangan Masyarakat' namun jangankan bertengger di 10 halaman awal, sampai urutan ke 3000 pun tidak. Sekedar info saja, free serp pagerank checker SEO hanya menampilkan sampai 3000 situs. Di luar itu, berarti postingan saya ada pada level antah berantah. Nasib..., nasib.
Tentu saja saya bisa menghibur diri. Ini kan kontes SEO pertama yang saya ikuti. Jujur sebelumnya saya tidak begitu minat untuk melakukan oprek sana sini untuk menarik perhatian google. Kalau postingan tidak begitu banyak pengunjung itu sudah pasti karena kualitas penulisan maupun tema yang saya bidik tidak terlalu menarik buat sebagian besar kalangan. Namun ketika saya mencoba mengintip tulisan sejenis di halaman orang, rasa-rasanya ada yang aneh. Untuk tulisan yang menurut saya sekedarnya saja, namun mengundang banyak orang untuk meliriknya. Dan herannya lagi langsung nongol menyodok 10 besar google.
Pikiran mulai terbuka. Searching mengenai SEO. Dan memang ada kelalaian yang sengaja saya pelihara. Membuat konten bagus adalah keharusan. Namun konten yang bagus bila berada di rimba belantara tentu kurang bermanfaat. Bila saya dan juga anda yang memang sedari awal ingin share tentang manfaat suatu tulisan, maka buatlah peta, kalau bisa dihotmix sekalian jalan untuk menuju alamat kita. Dan itu adalah SEO.
Selamat kepada kontestan yang setia di 50 besar!

Minggu, 13 November 2011

Disabilitas dan Pandangan Masyarakat








DISABILITAS DAN PANDANGAN MASYARAKAT

Tersebutlah suatu pemerintahan di negeri dongeng yang wilayahnya masih tercakup dalam area yang kita kenal dengan ASEAN sekarang ini yang berhasil mencuri perhatian dunia. Meski tidak berbatasan langsung dengan Indonesia, namun apa yang dilakukan oleh birokrasi negara itu layak untuk dicermati. Betapa tidak, negeri yang menyebut dirinya dengan Indo Raya, berbanding terbalik dengan Indonesia dan negara-negara di semenanjung melayu bahkan dunia. Dapat dikatakan negeri ini miskin sumber daya alam. Tak satupun hasil alam yang dapat digali dan diolah di sana, hatta produk pertanian sekalipun. Satu-satunya sektor yang memberikan penghidupan bagi warganya hanyalah sektor jasa.

Kalau hanya mengandalkan sektor jasa sebagai penggerak perekonomian, rasanya Singapura cukup menjadi contoh nyata tentang bagaimana birokrasi negara itu mampu mengefisienkan layanannya dan menjadi lokomotif yang membawa warganya menjadi leader di sektor jasa untuk kawasan ASEAN. Menjadi sangat istimewa karena hampir seluruh warga negara Indo Raya memiliki keterbatasan fisik yang menurut definisi PBB dan negara-negara didunia (termasuk Indonesia) masuk dalam kategori penyandang cacat atau disabilitas.

Hasil sensus yang mereka lakukan mencatat data kependudukan pada 2010 lalu sebesar 92,75% warga negara Indo Raya masuk dalam kategori normal, dan sisanya masuk dalam klasifikasi tak normal. Namun jangan salah, kategori normal yang mereka gunakan, berbeda dengan kategori normal menurut Indonesia bahkan definisi PBB sekalipun.

Perserikatan Bangsa-bangsa dan Negara-negara adikuasa lainnya menggunakan istilah “disability” untuk menunjukkan kondisi kecacatan yang dimiliki warga negaranya. Bahkan hal ini terlihat dari penggunaan judul regulasi mereka se
misal: Disability Discrimination Act (undang-undang Kerajaan Inggris, 1995); Americans with Disabilities Act (undang-undang Amerika Serikat, 1999); Convention on the Rights of Persons with Disabilities (konvensi PBB, 2006).

Jauh sebelumnya pada tahun 1980 dalam the International Classification of Impairment, Disability and Handicap, WHO, sebuah badan PBB untuk kesehatan dunia telah mendefinisikan kecacatan ini dalam tiga kriteria utama, yaitu impairment, disability, dan handicap.

"Impairment didefinisikan sebagai kondisi psikologis, fisiologis , struktur anatomi atau fungsi yang tidak normal (Any loss or abnormality of psychological, physiological, or anatomical structure or function).

Disability adalah setiap keterbatasan kemampuan yang disebabkan 'impairment' untuk melakukan aktivitas dengan cara yang lazimnya dilakukan manusia yang normal (Any restriction or lack (resulting from an impairment) of ability to perform an activity in the manner or within the range considered normal for a human being).

Handicap merupakan suatu kerugian bagi individu akibat dari suatu impairment atau disability, yang membatasi pelaksanaan suatu peran yang normal, tergantung pada usia, jenis kelamin, faktor-faktor sosial atau budaya (A disadvantage, for a given individual, resulting from an impairment or disability, that limits or prevents the fulfillment of a role that is normal, depending on age, sex, social and cultural factors)."
Bagi Indo Raya, semua definisi cacat tersebut tak berlaku. Meski secara kasat mata ketiga definisi tersebut terdapat dalam diri kebanyakan warganya. Berikut wawancara eksklusif Julianto Supangat dengan Menteri Pemuliaan Martabat Manusia Indo Raya, Anom Ngatidjo:

Apa Motivasi Anda Menolak Definisi Disabilitas PBB?
Sebelum melangkah jauh, perlu saya luruskan, bahwa Indo Raya tak pernah menolak kesepakatan internasional. Tak ada sedikitpun terbersit di hati kami untuk mencari sensasi murahan seperti itu. Yang sebenarnya terjadi adalah kami kesulitan untuk menerapkan definisi tersebut pada kami. Kalau kita cermat, dari ketiga aspek kriteria cacat dunia internasional, mungkin hanya aspek Impairment yang berlaku bagi kami. Itupun hanya sub aspek struktur anatomi saja. Kami sehat secara fisik, juga rohani. Benar anda bilang kami buta, tapi kami masih bisa melihat. Benar kami buntung, tapi masih gesit berjalan. Pendek kata aktivitas apapun yang di negara anda lazimnya hanya bisa dilakukan oleh orang normal, bagi kami bukan sesuatu yang istimewa.
Bagaimana dengan Disabilitas?
Negara Anda dan juga seantero dunia telah salah kaprah memahami masalah ini. Kami tidak menyalahkan Anda. Mungkin tradisi, budaya dan bahkan regulasi negara anda memang menggiring orang untuk memiliki pandangan sempit tentang disabilitas. Ketika di negara anda masih terjadi perdebatan sengit tentang penggunaan istilah 'penyandang cacat' dalam dokumen resmi regulasi negara seperti UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dan UU Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, kami bisa memahami. Bagaimana pun juga istilah penyandang cacat dalam regulasi anda lebih berkonotasi pada atribut-atribut yang negatif dan cenderung membentuk opini publik bahwa orang-orang dengan kecacatan ini malang, patut dikasihani, tidak terhormat, tidak bermartabat.
Bagaimana anda bisa menyimpulkan hal itu?
Maaf kalau pernyataan tersebut mengganggu anda. Rujukan utama saya hanyalah kamus besar yang menjadi kebanggaan bangsa anda yang ditulis oleh Sdr.WJS. Purwadarminta. Beliau memberikan beberapa arti untuk kata “cacat” yang mencakup: (1) kekurangan yang menyebabkan mutunya kurang baik atau kurang sempurna (yang terdapat pada badan, benda, batin atau ahlak); (2) lecet (kerusakan, noda) yang menyebabkan keadaannya menjadi kurang baik (kurang sempurna); (3) cela atau aib; (4) tidak/kurang sempurna. Tentu tidak bijak kalau kemudian saya menyimpulkan sesuatu hanya berdasarkan kamus besar yang notabene hanyalah unsur statis. Bila anda ketik keyword macam 'definisi penyandang cacat', Google akan menyediakan 209.000 tautan gratis untuk anda. Tinggal pilih mana yang anda suka.
Bagaimana perlakuan negara bagi para penyandang cacat di negara anda?
Pertanyaan anda tidak tepat. Ingat, di negara kami, mayoritas adalah para penyandang cacat menurut definisi anda. Oleh karena terdapat banyak orang dengan kategori seperti itu, maka kami menganggap diri kami normal. Sebagai orang normal, kami menduduki posisi-posisi strategis baik di entitas publik maupun private. Adapun orang-orang normal menurut definisi PBB adalah hal yang tak lazim. Dapat dikatakan mereka adalah unsur minoritas. Sehingga lebih tepat kiranya bila pertanyaan itu diubah menjadi: 'Bagaimana kami memperlakukan warga negara kami yang tak lazim'.
Anda menggunakan istilah warga negara tak lazim. Bukankah itu suatu bentuk eksklusifitas mayoritas terhadap minoritas?
Sebenarnya penggunaan istilah itu merupakan opsi terakhir. Tak terbersit pun niat dalam hati kami untuk membedakan satu pun warga negara kami. Tak ada sedikitpun pikiran untuk melukai ataupun merasa lebih unggul dibanding mereka yang tak lazim. Istilah itu hanya untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan yang sama dengan kami dalam bidang apapun. Hanya cara mereka menunjukkan kualitasnya berbeda. Misalnya, programmer kami terbiasa menuliskan source programming mereka dengan speech screen reader (software pembaca layer bersuara). Maka pengadaan komputer dengan aplikasi ini menjadi hal yang biasa. Justru kami harus melengkapinya dengan komputer yang berbeda yang kami peruntukkan khusus bagi mereka yang tak lazim.
Begitu pula dengan fasilitas umum lainnya. Anda bisa lihat bandara kami. Semuanya dilengkapi dengan lift dan toilet yang biasa kami gunakan. Sehingga bila warga negara anda yang buta berkunjung ke sini tak akan kesulitan untuk menyalurkan hajatnya. Begitu pula moda transportasi umum berikut sistem lalu lintasnya, menjamin bahwa orang-orang normal seperti saya bisa selamat sampai di seberang jalan. Undang-undang Kesejahteraan Sosial Warga Tak Lazim yang barusan kami perbaharui, justru mengharuskan kami untuk melengkapi semua fasilitas publik yang khusus diperuntukkan bagi warga negara tak lazim. Sehingga anda bisa nyaman melakukan aktivitas jurnalistik di sini.
(Penjelasan Menteri Anom Ngatidjo serasa menohok jantung saya. Betapa sering dalam situasi lalu lintas yang padat, berdiri seorang buta yang berdiri lama dipinggir jalan, menunggu sampai ada seseorang yang berbaik hati menyeberangkan dirinya).

Adakah diskriminasi terhadap warga minoritas Pak Menteri?
Secara individual mungkin ada. Tapi kami telah memberlakukan sistem yang ketat bahwa semua warga negara tanpa terkecuali berhak untuk mendapatkan layanan yang sama. Di depan hukum tak ada keistimewaan mayoritas atas minoritas. Begitu pun di lapangan ekonomi, politik maupun kebudayaan. Semua warga dapat menyalurkan minat dan bakatnya tanpa ada tekanan.
Tetapi bukankah posisi penting baik di institusi publik, swasta, pengusaha, politikus, seniman dan budayawan didominasi orang-orang seperti anda?
Ha..ha..ha... Anda terjebak pada kesimpulan pragmatis. Kalau 95% pasien di rumah sakit Sidoarjo adalah orang jawa, apakah kita dapat menyimpulkan bahwa orang jawa sakit-sakitan? Tentu tidak bukan. Mayoritas pasien di RSUD Sidoarjo adalah orang Jawa, tentu saja hal itu disebabkan karena mayoritas penduduk Sidoarjo adalah orang Jawa. Begitu pula dengan kami. Tetapi yang perlu anda garis bawahi adalah orang-orang normal macam kami pada umumnya dikaruniai dengan etos kerja, kemauan dan tekad untuk bisa berprestasi . Tidak kalah dengan orang-orang seperti anda. Kami belajar banyak dari kisah menangnya Siput balapan lari dengan Kancil.
Bagaimana Indo Raya dapat membangun budaya masyarakat, bahwa struktur anatomi yang tidak normal bukan penghambat dalam aktivitas, apapun pilihan karir kita?
Tentu saja capaian ini bukan hasil kerja pemerintah belaka. Kami hanya fasilitator saja. Masyarakat baik secara individual maupun kolektif merupakan pengungkit budaya ini. Anda mungkin akan terheran-heran, bahwa kebanyakan situs yang kami miliki, baik personal blog, komersial maupun sosial, semuanya dikelola oleh warga kami yang memiliki anatomi tidak normal. Salah satu situs, bahkan gencar memotivasi mereka yang mengalami keterbatasan ini untuk memiliki attitude positif, semangat yang menggelora untuk berprestasi. Semangat untuk memberi dan menyebarluaskan kemanfaatan pada sesama. Ada baiknya anda membuat aktivitas jurnalistik secara khusus dengan mereka, mengingat para pengelolanya adalah tuna netra. Satu hal yang tidak akan pernah anda bayangkan sebelumnya bila melihat tampilan situs mereka yang profesional dan konten-kontennya berkarakter dialogis.

(Tertarik dengan penjelasan ini, malamnya saya langsung browsing. Kartunet.com nama situsnya. Bukan situs kartun. Namun singkatan dari Karya Tuna Netra. Mereka berdedikasi untuk meleverage berbagai pengetahuan seperti ketrampilan menulis, mengkomposisi musik digital, toko online secara mandiri melalui distribusi e-book dan tutorial online).
Terakhir, dapatkah bapak tunjukkan orang-orang normal yang luar biasa di Indo Raya, dimana saya bisa mendapatkan pelajaran berharga tentang kemauan dan kerja keras?
Tak ada yang luar biasa dari kami. Ingatlah sekali lagi, kami mayoritas di sini. Dan bagi kaum mayoritas, tak ada yang luar biasa atas semua pencapaian ini. Namun begitu saya bisa rekomendasikan beberapa orang dengan keterbatasan yang dimiliki menurut persepsi anda yang berasal dari negara anda sendiri. Sapto Yuli Ismiarti, misalnya. Anda bisa belajar banyak tentang ketekunan, kesetiakawanan dan kerja keras. Juga dari seorang Irma Suryati, anda akan mendapatkan pembelajaran bahwa seburam-buram harapan, selalu ada celah yang bisa membawa berkah dan peluang di masa depan. Begitu pula dengan Idham Khalik, Sidik, dan masih banyak lagi lainnya.
Kali ini saya terhenyak. Tak perlu pergi jauh untuk mendapatkan pelajaran kehidupan. Ibu Pertiwi telah menyediakan putra-putra terbaik bangsa. Meskipun hidup dengan keterbatasan fisik namun pantang meminta apalagi mengambil yang bukan haknya. Dengan cara apapun, atau atas nama apapun. Bagaimana dengan kita?

*Ilustrasi gambar dari http://matanews.com

Minggu, 06 November 2011

Sulitnya Merencanakan Keuangan Untuk Diri Sendiri


Iseng mengetik keywords 'Untung Julianto Hadi' akhirnya malah nemu artikel yang pernah saya buat dalam milis perencana keuangan Jum'at 21 April 2004. Rekomendasi yang saya tulis terkait dengan kasus fiktif yang memang ditujukan untuk mengasah sensibilitas saya selaku perencana keuangan.

Kesimpulannya adalah : Tak sulit membuat perencanaan untuk orang lain. Tapi sungguh berat untuk berdisiplin atas rencana yang kita buat untuk diri kita sendiri. Mudah-mudahan saja tidak kena pasal 'Kaburo Maqtan Ngindallohi....'.

Selengkapnya sebagai berikut:

Kasus:
Nuno adalah seorang karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan periklanan. Ia telah bekerja di perusahaan tersebut selama 3 tahun dengan posisi sebagai Asisten Manajer. Nuno baru saja menikah kurang lebih 4 bulan yang lalu. Waktu kerja Nuno mulai Senin sampai Jumat, dari pukul 08.00 sampai kurang lebih 17.00. Namun demikan, Nuno lebih sering pulang larut malam, karena pekerjaannya menuntut deadline yang sangat ketat. Hari Sabtu, biasanya digunakan Nuno untuk bermain tenis, sementara hari Minggu digunakan Nuno untuk beristirahat. Istri Nuno (Andin), bekerja di sebuah kantor pengacara sebagai staf humas. Waktu dan jam kerjanya sama dengan Nuno, namun Andin jarang bekerja hingga larut malam.

Sehari-hari, mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan di daerah Jakarta Barat. Namun demikian Nuno dan Andin berencana untuk memiliki rumah sendiri dengan cara KPR dalam jangka waktu 2 tahun ke depan. Saat ini, mereka belum berencana untuk memiliki momongan. Nuno memiliki kegemaran surfing di dunia maya. Nuno gemar mengunjungi situs-situs yang berkaitan dengan dunia periklanan dan hiburan. Sementara Andin, lebih gemar memasak dan mencoba resep-resep baru di rumah.

Dengan penghasilan masing-masing 6 juta dan 4 juta per bulan, Nuno dan Andin memakai sebagian besar uangnya untuk kebutuhan rumah tangga, membayar cicilan kredit mobil dan menabung. Nuno mendapatkan bonus tahunan sebesar 2 kali gaji, sementara Andin sebesar 1 kali gaji. Sampai saat ini tabungannya Nuno yang terkumpul adalah sebesar 25 juta sementara tabungan milik Andin hanya 10 juta. Sehari-hari Nuno memakai mobil Kijang yang masih harus ia lunasi cicilannya hingga setahun ke depan.

Masalah :
  • Dengan kondisi keuangan Nuno saat ini, apakah tepat keinginan Nuno untuk mulai berinvestasi?
  • Bagaimana sebaiknya Nuno memulai investasinya? Langsung kontak ke perusahaan-perusahaan jasa investasi atau sebaiknya melakukan riset sederhana terlebih dahulu?
  • Langkah-langkah apa lagi yang sebaiknya diambil Nuno sebelum memulai investasinya?
Rekomendasi saya:

Tepatkah Nuno untuk berinvestasi?

Bisa ya bisa pula tidak. Anda (ijinkan saya mengganti ?Nuno? dengan memakai phrase ?Anda? semata-mata untuk menghidupkan perasaan dan pikiran saya bahwa anda sedang berbincang bersama saya) mempunyai dua pilihan. Ya , kalau anda saat ini sudah merasa begitu mapan dengan penghasilan yang didapat. Enam juta per bulan dan bonus 2 x gaji setahun. Sekilas pendapatan anda lebih dari cukup untuk dua orang yang telah mengikatkan diri untuk hidup bersama. Tanpa anak dan juga rumah.

Anda tidak menyebutkan usia, namun tiga tahun bekerja dengan tekanan , kreatifitas yang terjaga dengan surfing dan olahraga juga status pengantin baru yang anda sandang, layak kalau saya menduga anda sekitar 25 ?tahunan. Umur yang begitu produktif! Oleh karena itu pertanyaan saya cuma satu.
Dengan bakat kerja keras dan hobby yang begitu mendukung, layakkah anda dengan posisi asisten manager seperti sekarang? Kalau jawabannya adalah Ya, tidak sulit bagi anda untuk menginvestasikan dana yang ada sekarang untuk tujuan keuangan jangka pendek anda. (rumah dan perabotnya mungkin juga dengan persiapan buat si kecil yang tertunda). Dengan duduk di depan layar anda sudah mendapatkan info yang memadai tentang investasi yang menguntungkan. Satu yang anda harus ingat saat memutuskan menjadi investor pasif adalah: boleh jadi anda akanmendapatkan keuntungan yang lebih besar dari bunga deposito yang paling tinggi(ataupun instrumen investasi lain yang paling tinggi), namun selamanya anda akan menjadi karyawan.

Dengan semangat hidup dan disiplin yang tinggi (terlihat dari kerja harian anda dan jadwal yang begitu rapi untuk surfing dan olah raga) anda seharusnya mempunyai nilai lebih untuk sekedar menjadi karyawan saja. Ingat, dua hal yang saya sebut belakangan, tidak semua orang memilikinya. Tanpa bermaksud untuk mempengaruhi anda dalam investasi, sekiranya anda berpendapat bahwa imbalan yang diterima tidak sebanding dengan tenaga, waktu dan pikiran yang anda berikan pada perusahaan, maka inilah saat yang tepat untuk berinvesatasi dalam bentuk lain. Jadilah investor aktif! Orang menyebutnya wirausaha. Jangan begitu risau dengan dana yang hanya 25 juta-an. Bahkan bila saat inipun anda tidak mempunyai sepeser uang pun! Anda masih memiliki modal yang begitu besar. Karena modal yang sesungguhnya anda punya sebenarnya telah anda lakukan tiga tahun yang silam. Jawablah dengan keyakinan tinggi dan teriaklah dengan kuat, ?Yaa?!!!? atas setiap pertanyaan saya berikut ini:

Anda asisten manager bukan? Anda selalu bekerja dalam tekanan bukan? Anda selalu mengikuti perkembangan iklan bukan? Anda telah menguasai proses produksi iklan bukan? Sebagai asisten manager anda telah begitu banyak mengenal orang-orang iklan bukan?? Dan yang terakhir,?Anda masih muda bukan??

Dunia periklanan bukan industri yang cukup kuat akan goncangan ekonomi. Ia adalah industri pelengkap yang akan hidup bila industri lain yang membutuhkannya masih hidup. Krisis Ekonomi beberapa waktu yang lalu telah membuktikan, banyak perusahaan periklanan yang terpaksa menutup kantor cabangnya dikota lain dan mengurangi jumlah pegawainya karena makin sedikitnya permintaan promosi dari perusahaan lain.

Peristiwa ini sesungguhnya menyadarkan anda bahwa tidak ada jaminan anda akan bekerja selamanya
di sana. Ataupun jika anda sudah keluar , juga tidak ada yang menjamin bahwa mantan perusahaan iklan anda masih ada. Jadi?

Anda bisa mempersiapkan diri untuk ancang-ancang keluar. Alternatif usaha yang dapat anda lakukan sebaiknya tidak terlalu jauh dari dunia periklanan sendiri. Anda tidak perlu membuka bengkel motor atau toko kelontong. Itu bukan habitat anda. Tiga tahun bukan waktu yang pendek untuk bisa memahami seluk beluk periklanan. Sebagai langkah awal jangan sekali-kali merebut konsumen bekas perusahaan anda. Keluarlah dari sana baik-baik dan jaga hubungan, syukur bisa mendapatkan sub order dari bekas perusahaan anda. Di tahun-tahun awal boleh jadi anda hanya akan menerima order dari perusahaan iklan, belum bisa langsung berhubungan dengan perusahaan pengguna iklan. Selain biaya untuk mendirikan perusahaan cukup tinggi, perusahaan baru biasanya tidak diminati karena image belum berpengalaman masih dilekatkan pada perusahaan baru. Berusahalah selalu menjaga mutu dan jadikan diri anda dikenal sebagai pribadi yang amanah dan profesional. Untuk 3 sampai 6 bulan ke depan sebelum anda keluar buatlah list perusahaan periklanan yang anda kenal, datangi dan tawarkan pada mereka barangkali berkenan menggunakan tenaga anda (bukan sebagai karyawan tentunya). Dengan berjalannya waktu anda pasti mempunyai relasi langsung dari perusahaan pengguna iklan. Dapatkan order dari mereka, meski dalam hal ini anda masih harus meminjam nama perusahaan periklanan yang sudah ada.

Lalu bagaimana dengan tujuan keuangan jangka pendek saya? Begitu mungkin pertanyaan anda.

Tentu saja pola pikir itu harus diubah begitu anda mengatakan jalan hidup yang tepat buat saya adalah menjadi pemimpin pada perusahaan milik sendiri. Berpikirlah jangka panjang, karena pada akhirnya tujuan jangka pendek akan tercapai oleh aktifitas jangka panjang. Ribuan orang termasuk anda telah membuktikannya.

Belajar di SD adalah sebuah aktifitas jangka panjang. Kalau kita intens dan konsisten untuk belajar yang sebenarnya itu merupakan rangkaian aktifitas jangka panjang maka tak perlu mengherankan dan tak perlu dicemaskan kalau dalam jangka pendek kita bisa naik kelas. Membeli rumah kalau boleh saya ibaratkan adalah sama dengan kenaikan kelas kita saat di SD dulu.

Meski demikian, keputusan untuk memiliki karier sendiri harus didiskusikan terlebih dulu dengan isteri anda. Ingat, dalam berusaha tidak ada kepastian pendapatan sebagaimana saat anda menjadi karyawan. Isteri harus dipahamkan tentang resiko-resiko yang mungkin terjadi termasuk diantaranya yang paling jelek adalah kemungkinan penghasilan isteri dipakai untuk hidup anda berdua.
Keinginan anda berdua untuk menunda kelahiran si kecil pada saat ini anggaplah sebagai peluang positif dalam mengurangi resiko ekonomi usaha anda. Anda tentu tidak rela bukan sikecil lahir pada saat usaha anda belum mapan? Kalau memang benar begitu tentu tidak ada alasan untuk menunda investasi.

Sabtu, 05 November 2011

Panitia Qurban (jadi) Korban


Alkisah satu bulan menjelang hajat tahunan ibadah Haji dilakukan, berkumpullah segelintir warga perumahan Mutiara Citra Graha yang kebetulan mau menyibukkan dirinya dalam kegiatan Musholla, hanya untuk membahas pembentukan panitia sekaligus persiapan untuk mengakomordir pelaksanaan warga perumahan yang bersedia untuk berkurban.

Tak bertele-tele, penunjukkan penanggungjawab didasarkan pada data historis. Artinya, orang yang dari tahun ke tahun kebagian ngurus pelaksanaan sholat, mulai dari cari penceramahnya, persiapan lapangan yang hendak digunakan, hingga penyiapan alat, maka untuk tahun ini juga ditetapkan menjadi penanggung jawab kegiatan yang sama. Begitu pula orang yang sejak dulu bertugas membeli hewan kurban, langsung ditetapkan menempati pos yang sama.

"Sudah pengalaman!", kata warga serempak.
"Serahkan pada ahlinya..!, yang lain tak kalah menimpali.
"Kita memang tak boleh ambil resiko dengan menaruh orang yang sama sekali tak mengerti dengan tugas-tugas mulia seperti ini", kata ketua takmir menengahi.

Jadilah panitia pelaksana kurban, dari tahun ke tahun tak pernah berubah. Inilah kalau panitia tak digaji. Semua orang berebut untuk..., menghindar! Beda sekali bila yang diperebutkan adalah jabatan dengan gaji tinggi dan segenap fasilitas yang menempel padanya. Tak kan ada alasan 'sudah pengalaman, sudah ahli, atau hanya sekedar meminimalisir resiko'.

Rapat pertama dan terakhir ini langsung ambil keputusan. Harga kambing per ekor termasuk biaya administrasi Rp1.025.000,- Sedangkan 1/7 bagian sapi Rp1.200.000,- sudah termasuk biaya administrasi. Untuk pertama kalinya, harga kurban baik kambing maupun sapi, menurun dari tahun sebelumnya. Tahun lalu, kambing dihargai Rp1.200.000,- termasuk ongkos, sedang sapi Rp1.250.000,-. Luar biasa panitia kita. Di saat harga-harga melonjak naik, tarif berkurban malah diturunkan. Untuk memastikan penyembelihan hewan kurban terselenggara, rapat sekaligus menodong yang hadir untuk sukarela berkurban sapi. Jadilah malam itu satu sapi, urunan dari panitia yang hadir, berhasil dipastikan jadi kurban.

Tak pakai lama, surat edaran pemberitahuan dan himbauan untuk berkurban segera didistribusikan. Respon warga adem-ayem. Panitia pun nyaman. Idhul Adha tahun 2011 kali ini jatuh pada hari Ahad, 6 November 2011. Panitia telah merencanakan untuk membuat terpal pelindung hewan pada Jumat dua hari sebelum Idhul Adha.

Kamis sore datanglah satu warga menggiring satu kambing. Pak Yono salah satu takmir yang ketiban sampur tak dapat menolak kambing warga. Selepas sholat maghrib, tak seperti biasanya, ia mencegat langkah saya.

"Pak, ada kambing di rumah saya. Penginapannya di mana ya?" tanyanya penuh harap. Saya mengerti benar. Ada nada keberatan dalam pertanyaannya itu. Dan saya sebagai ketua takmir memang paling pantas sebagai tempat jujugan, meski dalam kepanitiaan kurban, saya hanya cheerleader saja.

Memang sih terpikir untuk dititipkan satpam perumahan. Tapi itu diluar kesepakatan dari yang seharusnya hari Jum'at. Lagian saat itu rintik dah mulai turun. Kasihan kambingnya. Tak ada tempat untuk berteduh. Beda dengan sapi, kambing memiliki daya tahan tubuh yang jauh lebih lemah. Kehujanan sepanjang malam, bisa membuatnya flu,batuk dan pilek. Padahal masih tiga hari lagi. Kalo mati? Siapa yang harus mengganti? Ini masalah besar! Dan harus segera diputuskan!

Usai sholat Isya, kami menunggu satu takmir lagi. Saya pikir kalo tiga orang yang memutuskan lebih kuat di depan hukum daripada dua orang yang kebingungan. Akhirnya keputusan pun diambil. Kambing ditaruh di musholla. Persis di tempat wudhu wanita, yang selama ini jarang digunakan. Marbot pun bersedia untuk membersihkan selepas kambing dipindah ke tempat yang seharusnya. Satu persoalan tuntas sudah! Meski sepanjang malam, hati saya dag dig dug. Kalo hilang siapa yang harus ganti?

Kandang kambing sudah dibuat. Kebanyakan warga menggiring kambingnya sendiri. Sikap ini mendapat dukungan penuh panitia. Tak perlu keliling cari kambing. Meski begitu ada dua warga yang menitip uang ke panitia. Jadilah Sabtu itu kita gunakan untuk berburu kambing. Alamak..., setelah puas berpusing-pusing (malay punya istilah neh) tak ditemukan satu pun penjual melepas kambing dengan harga Rp1 juta. Untuk ukuran yang paling kecil saja sudah Rp1,2 juta.

Syukurlah Alloh melihat usaha kami. Melalui tukang batu yang sedang merenovasi rumah tetangga, didapatlah info kalo dia pelihara kambing. Meluncurlah kami kesana. Untuk satu ekornya kena Rp950.000,- Alhamdulillah. Meski ukurannya sama dengan yang seharga Rp1,2 juta. Mudah-mudahan warga yang berkurban tidak kecewa. Melihat kambing lain yang dibawa sendiri oleh masing-masing pengkurban jauh lebih besar.

Inilah resiko jadi panitia! Resiko yang kemudian menjadi guyonan diantara kami.

"Ntar kalo pengkurban protes, kenapa kambingnya kecil, harus ada yang bersedia menjelaskan lho ya", ingat saya.
"Makanya kami pergi bertiga Pak", jelas Pak Sokeh yang mempunyai beban moral, karena kambing dibeli dari tukang batu yang merenovasi rumahnya.
Karena beban moral itulah mungkin yang membuat Pak Sokeh punya usulan antik. "Bagaimana kalo tahun depan, Sapi kita patok Rp1.250.000, - sedang kambing Rp1.500.000,- Pak?", katanya sambil ketawa-ketawa kecil.

Kurban kambing jauh lebih mahal dari Sapi?

"Ya Pak, dengan begitu semua orang pasti pilih sapi. Kalopun mau kurban kambing, orang itu pasti beli sendiri, yang jauh lebih murah", lanjutnya tenang.

Saya ketawa. Takmir yang lain tak jauh beda.

Rabu, 02 November 2011

Orang Jawa Punah


Meskipun sering diklaim sebagai suku mayoritas di Indonesia, namun sulit bagi saya untuk mendapatkan data terkini tentang komposisi kependudukan Indonesia berdasarkan suku bangsa. Data kependudukan yang terdapat dalam katalog BPS Nomor 9199017 Edisi 10 Maret 2011 halaman 35 buku atau halaman 48 pdf, hanya membicarakan pertumbuhan penduduk, komposisi berdasarkan jenis kelamin, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi. Itu saja. Bahkan publikasi offline yang berserakan di perpustakaan BPS Jawa Timur Jalan Raya Kendang Sari Industri Surabaya, tempat dimana saya biasa mangkal berburu data statistik tak ada satupun yang menampilkan komposisi penduduk berdasarkan suku bangsa. Entah. Tanya Kenapa?

Tapi lupakan sajalah tentang komposisi suku. Meski sebenarnya cukup penting sebagai bahan komparasi dalam bahasan selanjutnya, yang ingin saya katakan adalah suku jawa terancam punah. Atau bahkan telah punah! Disadari atau tidak.

Bukan dengan kategori bahasa -meski banyak orang jawa yang sudah kaku dan tidak paham kromo alus, sehingga cenderung berbahasa indonesia meski dengan orang tua nya sendiri.
Bukan juga masalah filosofi seperti yang ditengarai Magnis Suseno :"Kalau ada orang Jawa yang kehilangan rasa, membiarkan dirinya dikendalikan nafsu dan pamrih, kasar, dalam filosofi Jawa orang itu dianggap "belum jawa" (durung jawa)".

Tapi punah dalam 'garis keturunan'!

Tidak sebagaimana suku-suku lainnya yang ketat mengadministrasikan garis keturunan melalui nama keluarga, farm atau marga kayak suku Batak, Minangkabau, Minahasa, Ambon, Timor, Nias, Dayak dan Toraja, jarang keluarga Jawa yang menadministrasikan dengan baik silsilah keturunannya. Satu-satunya keluarga Jawa yang tertib dan rapi membukukan silsilah mereka hanyalah keluarga kerajaan. Itu pun baru di mulai pada masa kerajaan mataram baru yang didirikan oleh Raden Sutawijawa pada 1587 M.

Maka tak heran , kebanyakan kita (jawa rek) paling jauh hanya mengenal buyut saja. Garis keturunan buyut ke kanan dan ke kiri di luar garis keturunan kakek-nenek dan ayah-ibu kita, hilang seolah tak berbekas. Inilah kepunahan yang mengancam orang Jawa. Hanya mengenal tiga generasi di atasnya. Itupun dengan catatan bila orang tua kita pro aktif kesana-kemari mengenalkan garis keturunan dan mewariskannya ke kita.

Syukurlah, kesadaran untuk mengumpulkan 'balung pisah' mulai tumbuh di kalangan generasi muda jawa. Kesadaran yang sebelumnya tidak dimiliki pada generasi sebelumnya. Maka perburuan saudara jauh dari garis keturunan kakek-nenek hingga ke buyut menjadi target jangka pendek. Mumpung pelaku sejarah, para orang-orang lanjut usia dari nenek moyang kita masih hidup.

Untuk memudahkan administrasi, biasanya hubungan kekerabatan dibedakan dalam lima kategori utama, seperti:


Untuk tahap awal, data yang diinginkan masih sederhana. Hanya sebatas nama, hubungan keluarga dan tanggal lahir maupun wafat.

Banyak piranti lunak yang cukup membantu pengadministrasian tulang yang berserakan ini. Diantaranya adalah Family Tree Pilot, Genopro, Dynastree, Legacy , dan masih banyak lagi. Tinggal pilih yang anda suka. Semua piranti tersebut free. Namun masih berbasis web, kecuali Dynastree Home Edition yang merupakan aplikasi desktop yang dapat didownload.

Kalau anda belum sempat memulai proyek besar ini, setidak-tidaknya gunakan nama ayah anda dibelakang nama anda. Mungkin pada awalnya agak kikuk dan banyak pertanyaan.

"Supangat?"
"Ya, itu nama ayah saya!"


Download Dynastree Home Edition

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More