Sabtu, 19 Januari 2013

Asrama Haji Embakarsi Surabaya (Serpihan Haji 2012 Eps 3)

Kurang lebih pukul 16.00 WIB di 2 Oktober 2012, bis yang kami tumpangi meluncur sudah.  Asrama Haji Surabaya yang menjadi tujuan kami.  Waktu tempuh normal dari Pendopo Sidoarjo biasanya tak kurang dari 1,5 hingga 2 jam.  Namun karena status Tamu Alloh yang kami sandang berikut pengawalan polisi, tak sampai 45 menit kami sudah memasuki aula .  Panitia sudah rapi berderet menyambut kami.  Acara inti saat itu adalah pembagian obat-obatan, kamar dan kartu tanda menginap.  Harus antri memang.  Tapi tak terlalu lama kok.  Yang lama (seperti biasa di Indonesia) adalah sambutan-sambutan.
Kami tergabung dalam kelompok terbang SBY 42.  Merupakan kelompok terbang gabungan kabupaten Sidoarjo, Surabaya, Madura serta Magetan.  Kloter kami termasuk kloter-kloter akhir gelombang 1 yang terbang dari embakarsi Surabaya.  Gelombang pertama sendiri seluruhnya berjumlah 47 kloter pada musim haji 2012 ini.
Usai mendapat kejelasan kamar, kami pun berhamburan.  Bukan apa-apa, hanya sekedar untuk membaringkan badan.  Persiapan berangkat sejak dini hari memaksa kami tersadar akan kebutuhan untuk istirahat.  Menghemat tenaga, mengingat ibadah inti yang harus kami jalani masih terbentang dalam hitungan hari.
Namun niat baik itu tak sepenuhnya terlaksana.  Kami masih homesick.  Agenda berikutnya sudah pasti.  Kami coba hubungi kembali anak-anak untuk mengikis perasaan khawatir dan bersalah meninggalkan mereka .  Syukurlah Alloh telah menenteramkan mereka.  Hanun, bungsuku 3 tahun telah tertidur lelap.
Selepas isya panitia masih memberikan pembekalan pada kami.  Trik melilitkan kain ihrom agar burung kami tidak terbang menjadi topik hangat diantara jamaah.
Mencoba memejamkan mata adalah pekerjaan paling sulit ketika tetangga sebelah dipan masih mengajak bicara.  Kamar yang berisi 4 dipan susun ini, kami tempati berenam.  Tentu saja laki semua.  Jangan tanya disain interiornya.  Kayaknya manajemen asrama haji Surabaya menganut paham minimalis.  Lha wong cuma untuk tidur semalam saja kok minta fasilitas hotel bintang lima.  Kami pun tak mempermasalahkan.  Belajar ikhlas.  Dan itulah keuntungan menjadi panitia haji.  Bila ada kekurangan maka jamaah pun diwanti-wanti untuk sabar dan ikhlas.  Sebagaimana ikhlas dan sabarnya Hajar ditinggal suaminya Ibrahim.
Maka kami pun ikhlas tentang kamar mandi yang jarang bersua soklin.  Tentang kamar yang tidak berkunci dan berslot.  Tentang karpet yang berdebu.  Dan tentang AC yang airnya membanjiri tempat jemuran kami.
Maka akhir dari keikhlasan adalah kegembiraan.
Selepas menerima paspor dan Riyal Living cost, kami berbaris antri menuju bis setelah sebelumnya harus lolos uji scanner tas jinjing.  Ancaman petugas yang akan membongkar koper bawaan kami bila didapati ada air minum sempat membuat keder kami.  Banyak terhampar botol minuman di depan kami hasil razia.
Bismillah.  Meski sudah melafazkan nama Alloh, aku sempat ketar-ketir juga.  Tiga botol pulpy orange belum sempat kuhabiskan, sebagaimana dilakukan orang-orang.  Lagian aku tak berniat untuk menjadi penyelundup.  Perjalanan ke bandara selama 2 jam passtinya akan mendehidrasi tubuhku.  Dan sedia payung sebelum hujan tentu adalah pilihan yang bijak.
Syukurlah petugas tak menangkap tanda-tanda seorang penyelundup dari wajahku.  Tas ku pun aman menggelinding hingga pintu detector.  Dan tenyata tuit..tuiit...tuiit.  Detector pun berteriak.  Setengah heran dalam hati, masak iya sih ada detector cairan, yang mempu mendeteksi air minum?
Lambaian tangan petugas agar aku mendekat semakin membuatku pasrah.  Namanya juga usaha.  Apa yang aku pikirkan ternyata tidak beralasan.  Belum ada detektor canggih yang mampu mendeteksi air jeruk.  Yang ada adalah tanpa sengaja istriku memasukkan gunting yang sedianya untuk tahalul ke dalam tas jinjing.  Bukan ke koper besar.  Dan episode ini berakhir dengan dibongkarnya tas jinjingku hanya untuk mengeluarkan sebilah gunting cukur.
Pelajaran berharga episode ini adalah: Jangan percaya ada detektor yang bisa mengendus cairan.  Hanya petugas haji Indonesia yang melakukannya.  Bila anda merasa membutuhkan air minum selama perjalanan dari asrama haji ke bandara maka membawa air minum adalah keharusan.  Terlebih jamaah Haji embakarsi Surabaya disediakan  ruang tunggu yang super VIP di tengah sawah.  Tanpa air minum!

BILA ANDA SUKA DENGAN ARTIKEL INI, MOHON KLIK VOTE FOR ME PLEASE.. Top Blogs keywords hint: Haji, Perjalanan ke tanah suci, perjalanan diri, berbagi perjalanan.
Artikel Terkait Lainnya :

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More