Minggu, 30 Oktober 2011

Komodo, The New Pemersatu Bangsa?


Gegap gempita pemilihan tujuh keajaiban dunia yang baru (The New 7 Wonder of The World) memasuki babak baru dalam ruang publik di Indonesia. Melalui kampanye Ketik Komodo,kirim ke 9818, masyarakat pun berbondong-bondong memberikan pulsanya sebesar satu rupiah dari sebelumnya Rp.1000 per sms.

“Kita mendeclaire, nanti mulai Satu (15/10/2011) pukul 00.00 WIB, tarif SMS seluruh operator sudah menjadi Rp 1,” ujar JK dalam acara jumpa pers yang digelar di kantor PMI, Jakarta, Jumat (14/10/2011).

Dalam beberapa kali kesempatan Jusuf Kalla yang didaulat menjadi duta besar Pulau Komodo sangat getol memasarkan dan mempopulerkan dukungan terhadap komodo. Langkahnya begitu agresif ketika menggandeng dan bekerjasama dengan 3 operator seluler utama di Indonesia (Telkomsel, Indonesat, dan XL) untuk mengurangi biaya SMS Premium 9818 dari Rp1000 menjadi Rp1 agar masyarakat tidak diberatkan dengan dukungan ini.“Cukup ketik komodo, kirim ke 9818,” kata JK berulang kali. Tugas mantan Wapres RI ini cukup berat. Ia harus memperjuangkan Pulau Komodo menjadi satu diantara 7 keajaiban dunia baru. Penentuannya dilakukan oleh panitia kecil New7Wonders dalam final yang rencananya akan dihelat pada 11 November 2011 mendatang.

Siapakah New7wonders ini? Yang aksi globalnya melakukan pemilihan tujuh keajaiban dunia yang baru begitu menyedot perhatian publik. Termasuk Indonesia. Bahkan presiden SBY pun tak ketinggalan. Di sela-sela acara resmi kenegaraan, peresmian Bandara Internasional Lombok, SBY menyerukan seluruh menterinya di jajaran kabinet dan masyarakat untuk ikut mendukung Komodo masuk dalam nominasi 7 keajaiban dunia versi New7Wonders. Cukup dengan vote SMS 9818 ke semua operator.

Adakah kepentingan tersembunyi New7wonders dalam kontes kali ini? Keuntungan macam apa yang kita peroleh sekiranya Komodo benar-benar masuk dalam kategori tujuh keajaiban dunia yang baru. Lantas berapa lama Komodo berhak menyandang gelar sebagai satu dari tujuh keajaiaban dunia, kalau kemudian untuk jangka waktu tertentu akan diadakan kontes serupa? Dan kenapa harus komodo? Bukankah banyak jenis hewan lainnya yang berhabitat cuma di Indonesia macam Orang Utan, Anoa, Maleo, Cassiopeia ornata, Tripedalia cytophora, Mastigias papua dan Aurelia aurita. ?

Sekedar mengingatkan saja, Pemerintah RI pernah berantem dengan Yayasan New7Wonders pada awal Pebruari 2011. Saat itu Jero Wacik, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI, sempat merasa diancam oleh Yayasan New7Wonders untuk menyetorkan uang senilai US$45 juta atau lebih dari Rp400 Milyar agar Indonesia bisa menjadi tuan rumah final kontes ini. Permintaan uang itu disertai ancaman pencoretan Pulau Komodo jika Pemerintah Indonesia tidak bersedia.

Rumor sepihak ini langsung dibantah oleh New7Wonders secara resmi dalam situsnya. New7Wonders bahkan menuding pemerintah RI wan prestasi, lamban dan tidak produktif.

Entahlah siapa yang benar. Tapi fakta bercerita pada kita tentang perselisihan yang menguap begitu saja, entah kemana. Dan Komodo pun menjadi satu dari 28 finalis.

Bukan dengan pemerintah RI saja New7Wonders bermasalah. Salah satu finalis New7Wonders, Maladewa, resmi menyatakan mundur dari kompetisi. Mereka menarik diri karena mahalnya biaya lisensi dan paket sponsor yang diminta panitia penyelenggara New7Wonders. Pengumuman ini dipajang di situs resmi pariwisata pemerintah Maladewa.

Pemerintah RI sendiri sampai sekarang belum pernah berterus terang, berapa biaya yang harus dikeluarkan seandainya kemudian Komodo ditetapkan sebagai satu diantara tujuh keajaiban baru dunia. Namun bila merujuk kepada Maladewa dalam situs resminya, biaya yang mesti ditanggungnya agar masuk sebagai finalis terdiri atas point-point sebagai berikut:

1. Sponsor Platinum dengan biaya lisensi sebesar US$ 350 ribu atau sekitar Rp 3 miliar
2. Dua biaya lisensi sponsor emas masing-masing US$ 210 ribu atau sekitar Rp 1,8 miliar
3. Sponsor dari acara 'World Tour' dimana Pemerintah maladewa harus membayar untuk delegasi orang untuk mengunjungi negara, menyediakan wahana balon udara panas, perjalanan bagi wartawan, penerbangan, akomodasi, komunikasi dan biaya lain.
4. Biaya lisensi untuk penyedia telekomunikasi nasional untuk berkampanye dalam New7Wonders sebesar US$ 1 juta atau sekitar Rp 8,8 miliar. Namun angka itu akhirnya menurun setelah dinegosiasikan menjadi US$ 500 ribu atau sekitar Rp 4,4 miliar
5. Biaya lisensi untuk penerbangan Maladewa yang nantinya akan menampilkan logo pada pesawat sebesar US$ 1 juta atau sekitar Rp 8,8 miliar.

Minimal Rp18 M harus dikeluarkan Maladewa. Itupun belum termasuk poin no 3.

Bagaimana dengan kita? Benarkah biaya yang harus kita tanggung minimal sama dengan Maladewa? Wallohu A'lam. Namun Irwan Hidayat sendiri, bos Sido Muncul yang ikut memberikan hibah dalam bentuk promosi layanan publik sebesar 2M sebagai bentuk dukungan kampanye komodo, tidak berani menampilkan logo Sidomuncul dalam tayangan iklan PSA (public Service Advertisement)nya .
"Sebab, kalau pakai nama perusahaan, maka kita harus membayar kepada Yayasan New 7 Wonders sebesar Rp 1 miliar," ungkap Irwan kagi.

Selain fakta tentang transaksi ekonomi yang mulai terlibat dalam penentuan finalis, aroma dagang sapi tersebut semakin mengental karena tidak transparannya dan konsistensi penentuan ranking finalis. Dari 28 finalis, sebanyak 16 tempat menurun jumlah dukungannya. Termasuk Maladewa dan Pulau Komodo. Sementara sisanya terlihat meningkat jumlah dukungannya ekonomi cukup kental tercium dari perhelatan tujuh keajaiban baru dunia ini.

Selengkapnya ke duapuluh delapan finalis tersebut sebagai berikut:

New7Wonders of Nature Finalists Map

Pemerintah RI sendiri sebenarnya cenderung untuk mengikuti langkah Maladewa. Sebagaimana penuturan Bob Assegaf dari Forum Wartawan Pecinta Komodo yang mengatakan setelah berselisih paham dengan pemerintah RI, yayasan New7Wonders kemudian menggandeng aktivis LSM di Indonesia. LSM yang bernama Pendukung Pemenangan Komodo (P2K) pun berdiri dibawah komando Emmy Hafild, yang kemudian menjadikan JK sebagai vote gather SMS dukungan Komodo.

Lantas bagaimana dengan lembaga resmi PBB, UNESCO yang jauh lebih berwenang dalam hal ini. Melalui situsnya, UNESCO menyatakan:

"In order to avoid any damaging confusion, UNESCO wishes to reaffirm that there is no link whatsoever between UNESCO's World Heritage programme, which aims to protect world heritage, and the current campaign concerning "The New 7 Wonders of the World".
This campaign was launched in 2000 as a private initiative by Bernard Weber, the idea being to encourage citizens around the world to select seven new wonders of the world by popular vote.
Although UNESCO was invited to support this project on several occasions, the Organization decided not to collaborate with Mr. Weber."

Bagaimana dengan komodo sendiri. Benarkah bahwa penetapan komodo sebagai satu dari tujuh keajaiban dunia akan memperbaiki kualitas hidup komodo? Ini perlu ditanyakan , karena berbagai kampanye vote for komodo, selalu menyajikan tentang manfaat ekonomi yang diperoleh Indonesia terutama penduduk lokal , sebagaimana pernyataan berikut dalam sebuah situs :

"Jika Komodo sukses menjadi salah satu dari tujuh keajaiban alam dunia, maka dapat dipastikan, akan terjadi multy player effect terhadap kehidupan masyarakat. Secara umum, Indonesia semakin memperkukuh posisinya di mata dunia sebagai negeri yang alamnya kaya dengan eksotisme yang menantang untuk dikunjungi. Sementara itu, penduduk Pulau Komodo dan masyarakat di Nusa Tenggara yang selama ini dikenal sebagai kawasan berpenduduk rata-rata masih di bawah angka kemiskinan, akan terimbas dan terdorong kehidupan ekonominya, karena kunjungan orang-orang berduit dari manca negara berdatangan ke sana. Dan sudah tentu, juga akan terjadi perbaikan sarana dan prasarana infrastruktur dari pemerintah pusat ataupun karena bantuan dunia, sehingga hal itu akan memicu aktivitas peningkatan kegiatan ekonomi rakyat."

Untuk mengetahui apa yang paling dibutuhkan komodo, tentu saja tidak perlu melalui sensus dan mendatangi komodo satu persatu sambil menanyakan pada mereka, "bagaimana perasaan anda jika menjadi mahluk yang terkenal di dunia?". Cukuplah menggunakan pendapat para peneliti Komodo dan antropolog , salah satunya adalah Prof. Putra Sastrawan.

Peneliti Komodo sejak tahun 1969 yang juga mantan Pembantu Rektor III Universitas Udayana ini menyatakan , " Yang paling dibutuhkan Komodo saat ini adalah konservasi, bukan justru mempopulerkannya, apalagi lewat SMS macam audisi idol. Komodo sudah populer sejak diterbitkan pada jurnal ilmiah dunia pada tahun 1912. Statistik Kehutanan menyebutkan 95% pengunjung pulau ini adalah orang asing. Artinya, di luar negeri, pulau ini sudah populer".

Selain itu, diperlukan adanya penguatan stake holders di sekitar habitat Komodo dalam bentuk konsistensi menjaga habitat komodo. Putra menegaskan pentingnya hal ini karena adanya penurunan jumlah populasi Komodo sejak penelitiannya tahun 1969 sampai dengan tahun 2000-an. Pada survey periode 1969-1970, jumlah Komodo yang tersebar di Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Flores mencapai 5.500 ekor. Pada survey tahun 2000-an, jumlahnya tidak kurang dari 3 ribu ekor.

Kritik sangat keras terlontar dari Prof. Dr. Laurentius Dyson guru besar Antropologi Fisip Universitas Airlangga. Menurutnya, tidak etis jika Presiden ikut berkampanye untuk kepentingan New7Wonders yang notabene adalah lembaga swasta. “Lagi-lagi masyarakat dieksploitasi dengan diajak kirim SMS untuk mendukung sesuatu yang tidak jelas manfaatnya,” kata dia.

BILA ANDA SUKA DENGAN ARTIKEL INI, MOHON KLIK VOTE FOR ME PLEASE.. Top Blogs keywords hint: Haji, Perjalanan ke tanah suci, perjalanan diri, berbagi perjalanan.
Artikel Terkait Lainnya :

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More